JAKARTA, KOMPAS.com - Wabah Covid-19 yang melanda Indonesia sejak awal Maret 2020 dan penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) membuat sektor properti makin terpuruk.
Ibarat sudah jatuh, tertimpa tangga pula. Dalam catatan DPP Real Estat Indonesia (REI) penjualan properti jeblok hingga 85 persen. Demikian gambaran utuh sektor yang menggerakkan 174 industri lainnya ini.
Kabar terbaru datang dari sejumlah pengembang di Jakarta, dan daerah. Setelah mengalami perlambatan dalam kurun tiga tahun terakhir akibat sepi pembeli, Pandemi Covid-19 memaksa mereka memperlambat konstruksi, dan menyetop proyek.
Bahkan, beberapa di antara para pengembang ini ada yang nyaris gulung tikar karena terlilit utang perbankan yang sudah jatuh tempo.
Meski begitu, tak ada kata menyerah dalam kamus mereka. beberapa di antaranya masih menjaga kewarasan dengan menerapkan sejumlah strategi dan langkah taktis demi dapat bertahan di tengah ketidakpastian.
Baca juga: Strategi Pengembang Pelat Merah, Tunda Belanja Modal dan Kencangkan Ikat Pinggang
Kompas.com mencatat, para pengembang itu adalah AKR Land, PT PP Properti (Persero) Tbk atau PPRO, dan pengembang daerah di wilayah Jawa Barat, dan Sulawesi Selatan.
AKR Land, contohnya. Pengembang Nasional ini memilih untuk menerapkan perlambatan konstruksi proyek perumahan tapak di Gresik, Jawa Timur.
"Yang di Gresik adalah proyek yang sudah dimulai pembangunan infrastrukturnya. Proyek ini jadi mundur, bukan tahun ini. Karena itu kami lebih memprioritaskan pembangunan di Manado," tutur Alvin.
Proyek yang diprioritasnya itu adalah Grand Kawanua Internasional City (GKIC) dan Kawanua Emerald City (KEC) di Manado.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.