Selain JLG, ada tiga perusahaan lainnya yang berkontribusi pada pembangunan tol tersebut yaitu Hutama Karya, Krakatau Steel, dan perusahaan semen Tiga Roda.
Kepada Tutut, Raka meminta bantuan untuk dibuat sebuah pondasi berukuran 8 meter x 1,5 meter yang diisi pasir.
Baca juga: Saatnya Teknologi Sosrobahu Jadi Tuan Rumah di Negeri Sendiri
Namun, tak hanya dibuatkan satu oleh Tutut, tetapi dibuat 16 buah sekaligus.
"Waduh, ini masalah baru, bagaimana jika saya gagal melakukan ini, berapa biaya yang akan terbuang sia-sia? Hal yang lebih penting lagi bagaimana saya akan mempertanggungjawabkan masalah ini," kenang Raka.
Raka pun khawatir berlebihan, jika hal itu gagal, karir dan reputasi yang telah lama dia bangun selama bertahun-tahun bisa hancur.
Saat bayang-bayang ketegangan membayanginya, Raka mengingat pesan Soeharto agar proyek pertama yang digarap secara nasional ini diselesaikan tepat waktu dan memiliki kualitas mumpuni.
Bahkan, Raka diminta agar menemukan hal-hal baru dalam pekerjaan itu.
Hingga akhirnya, 27 Juli 1988 silam, menjadi hari bersejarah bagi teknologi Sosrobahu, temuan Raka ini.
Tepat pukul 22.00 WIB, ratusan mata bersiap menyaksikan pemutaran lengan beton seberat 440 ton tersebut.
Setelah melapor kepada Tutut, Raka lantas naik ke podium konstruksi. Saat berdoa, ia mengaku mendengar bisikan yang menyebut angka 78.
Raka lantas meminta tim untuk memulai proses pemutaran lengan beton. Berdasarkan perhitungan awal, seharusnya lengan benton diperkirakan bergerak pada tekanan 105 kilogram per sentimeter persegi.
Namun, dia meminta agar tim menggerakkan hingga mencapai tekanan 78 kilogram per sentimeter persegi.
Ajaibnya, lengan beton itu akhirnya berputar tepat saat tekanan berada pada angka 78.
"Badan saya gemetar, air mata bercucuran tanpa bisa saya tahan. Di bawah sorotan ratusan lampu kamera, riuh tepuk tangan, serta kumandang lagu Padamu Negeri saya menangis tersedu-sedu," kenang Raka.
Keberhasilan Raka ini pun dilirik banyak negara seperti Filipina, Malaysia, Thailand dan Singapura yang menggunakan teknologi tersebut hingga saat ini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.