Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 13/12/2017, 16:12 WIB
Dani Prabowo

Penulis

JAKARTA, KompasProperti - Setelah sempat mati suri selama 30 tahun, teknologi sosrobahu akan kembali digunakan pada konstruksi jalan tol layang yang dibangun pemerintah.

Kali ini, Jalan Tol Layang Jakarta-Cikampek II (Elevated) yang memperoleh kebanggaan menggunakan teknologi karya insinyur anak bangsa, Tjokorda Raka Sukawati.

Baca juga : Sosrobahu Kurangi Kemacetan akibat Proyek Tol Layang Jakarta-Cikampek

Awalnya, teknik ini digunakan saat pemerintah membangun Jalan Tol Wiyoto Wiyono pada tahun 1987. Raka yang ditunjuk sebagai ketua manajemen proyek harus memutar otak, sebab jalan bebas hambatan itu dibangun di atas jalan yang sudah ada dan padat kendaraan.

Raka pun mengusulkan agar pembangunan Tol Wiyoto Wiyono dilakukan dengan cara konvensional, mulai dari bekisting, pembangunan segmental hingga menggantung blok beton dengan beban 480 ton.

Namun usulan itu ditolak anggota tim ahli lainnya lantaran berpotensi mengganggu arus lalu lintas, memakan waktu, dan biaya serta berisiko tinggi.

Baca juga : Malam Ini, Pier Head Perdana Tol Layang Jakarta-Cikampek Diputar

Ia kemudian mengusulkan untuk membuat kepala tiang yang akan diputar dengan alat pemutar. Kemudian, baru dipasang bekisting kepala tiang, sejajar dengan jalan di tengah. Setelah beton cukup kuat, bekisting pun bisa diputar.

Rupanya, gagasan tersebut diterima oleh anggota tim ahli lainnya. Persoalan baru kemudian muncul, yaitu bagaimana merealisasikannya.

"Saya berusaha tenang, karena kalau mau berfikir normal, pendapat mereka ada benarnya. Memutar beban seberat 450 ton memang bukan pekerjaan mudah. Itulah tantangan terbesar yang harus saya hadapi dan selesaikan," kata Raka seperti dikutip KompasProperti dari laman Ikatan Alumni Teknik Sipil ITB.

Di tengah kebingungannya, Raka tetap menjalankan aktifitas dan hobinya mengutak-atik Mercedes Benz tahun 1974 kesayangannya.

Ketika bersiap memperbaiki mobil tersebut, bagian depan mobil kemudian diangkat dengan dongkrak sehingga menyisakan dua roda belakang yang bertumpu di lantai yang licin karena ceceran tumpahan oli.

Begitu disentuh, badan mobil berputar pada titik sumbu dongkrak sebagai penopang. Rupanya, hal yang tidak disengaja ini menjadi inspirasi bagi Raka untuk melahirkan sosrobahu.

Berbekal hukum fisika sederhana, yaitu Hukum Pascal untuk mengangkat beban dan memutarnya, Raka langsung mendesain peralatan yang menurut perhitungannya dapat mengangkat beban berat.

Saat melakukan percobaan pertama, ia menuai kegagalan. Semua Direksi datang menyaksikan saat pompa hidrolik dengan tekanan di atas 80 ton itu diputar.

"Awalnya semua lancar, namun kemudian timbul masalah karena saat dilepas bagian atasnya tidak mau turun. Melihat kegagalan ini, semua direksi pergi, angkat tangan dan menyerahkan semua urusan menjadi urusan saya," kenang dia.

Jalan Tol Wiyoto Wiyono, tepatnya dari gerbang pintu masuk Tol Pulomas arah Tanjung Priok, Jakarta Utara diserobot para pengguna sepeda motor akibat banjir, Senin (9/2/2015).KOMPAS.com / Robertus Belarminus Jalan Tol Wiyoto Wiyono, tepatnya dari gerbang pintu masuk Tol Pulomas arah Tanjung Priok, Jakarta Utara diserobot para pengguna sepeda motor akibat banjir, Senin (9/2/2015).

Tak putus asa

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com