JAKARTA, KompasProperti - Sekitar 70.000 kendaraan melintasi Jalan Tol Jakarta-Cikampek setiap harinya. Dengan keterbatasan kapasitas jalan yang ada, tak heran bila hampir setiap hari jalan bebas hambatan itu macet.
Kondisi ini ditambah dengan adanya sejumlah pekerjaan proyek, mulai dari Light Rail Transit (LRT), Kereta Cepat Jakarta-Bandung, hingga pembangunan Jalan Tol Layang Jakarta-Cikampek II (Elevated).
Khusus pembangunan tol layang, PT Waskita Karya (Persero) Tbk selaku kontraktor yang menggarap proyek sepanjang 36 kilometer ini, menggunakan teknologi double truss launcher (DTL) dan sosrobahu.
DTL merupakan sebuah alat berbentuk portal yang akan berdiri di atas jalan tol Jakarta-Cikampek dengan tujuan agar mobilisasi box girder tidak mengganggu aktivitas di ruas jalan tol. Pemasangan box girder pun telah dimulai sejak awal November lalu.
Sementara, untuk penerapan teknologi sosrobahu akan dimulai pada malam ini, Rabu (13/12/2017).
Menurut Ketua Himpunan Ahli Konstruksi Indonesia (HAKI) Davy Sukamta, penggunaan teknologi sosrobahu memang cukup efektif diterapkan pada jalan dengan kondisi lalu lintas padat.
"Karena pertama, tentu dibikin pilar yang harus dibuat. Kemudian, waktu bikin gelagar induknya, nanti harus membentang jalan. Tapi untuk sementara dibuat sejajar dengan median jalan," kata Davy kepada KompasProperti, Selasa (12/12/2017).
Bila menggunakan cara konvensional, maka seluruh jalan harus ditutup sehingga menimbulkan kemacetan. Akan tetapi dengan sosrobahu, pekerjaan pier head dapat dilakukan di pinggir jalan.
Setelah cor-coran kering, pier head tinggal diangkat ke atas pier shaft untuk kemudian diputar melintang.
Sementara itu, dari sisi biaya, pemakaian teknologi sosrobahu sedikit lebih mahal daripada menggunakan cara konvensional.
Hal itu disebabkan adanya kewajiban membayar paten pada penggunaan teknologi yang ditemukan insinyur asal Indonesia, Tjokorda Raka Sukawati.
Namun, jika melihat tingkat kepadatan arus kendaraan di jalan tol yang ada, maka nilai ekonomi yang ditimbulkan dalam penggunaan teknologi ini akan lebih tinggi.
Davy mengatakan, semakin tinggi kepadatan arus kendaran, semakin tinggi keuntungan penggunaan teknologi ini.
"Kalau misalnya jalannya relatif sepi, tidak ada gunanya kita gunakan teknologi ini," kata Davy.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.