Tak disangka-sangka, gagasan tersebut akhirnya diterima oleh anggota tim ahli lainnya.
Namun, persoalan baru muncul, bagaimana ide Raka tersebut bisa diwujudkan.
"Saya berusaha tenang, karena kalau mau berpikir normal, pendapat mereka ada benarnya. Memutar beban seberat 450 ton memang bukan pekerjaan mudah, itulah tantangan terbesar yang harus saya hadapi dan selesaikan," ungkap Raka.
Baca juga: Teknologi Sosrobahu Lahir Setelah Penemunya Utak-atik Mercy
Saat sedang bingung dan tak tahu harus berbuat apa, Raka tetap menjalankan aktivitas dan hobinya mengotak-atik Mercedes Benz keluaran Tahun 1974 kesayangannya itu.
Ketika bersiap memperbaiki kendaraannya, bagian depan mobil kemudian diangkat dengan dongkrak.
Dengan demikian, menyisakan dua roda belakang yang bertumpu di lantai yang licin karena ceceran tumpahan oli.
Begitu disentuh, badan mobil berputar pada titik sumbu dongkrak sebagai penopang.
Rupanya, hal yang tidak disengaja ini menjadi inspirasi bagi Raka untuk melahirkan Sosrobahu.
Berbekal hukum fisika sederhana yaitu pascal untuk mengangkat beban dan memutarnya, Raka langsung mendesain peralatan yang menurut perhitungannya dapat mengangkat beban berat.
Saat melakukan percobaan pertama, dia mengalami kegagalan. Semua direksi datang menyaksikan saat pompa hidrolik dengan tekanan di atas 80 ton itu diputar.
"Awalnya semua lancar, namun kemudian timbul masalah karena saat dilepas bagian atasnya tidak mau turun. Melihat kegagalan ini, semua direksi pergi, angkat tangan, dan menyerahkan semua urusan kepada saya," tutur Raka.
Tak berhenti sampai disitu, Raka lantas meminta bantuan beberapa kolega dalam menyempurnakan temuannya itu.
Singkat cerita, dia berhasil melakukan uji coba dan memberanikan diri menyampaikan keberhasilan temuannya ini ke Departmen Pekerjaan Umum (PU) dan anak Presiden kedua RI Soeharto, Siti Hardiyanti Rukmana alias Tutut.
Kala itu, Tutut menjabat sebagai Direktur Utama PT Jaya Lamtoro Gung (JLG).
JLG merupakan salah satu dari empat perusahaan nasional yang menggarap Tol Wiyoto Wiyono.