Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Deddy Herlambang
Pengamat Transportasi

Direktur Eksekutif Institut Studi Transportasi (INSTRAN)

Arsitek Ikut Bertanggung Jawab Atas Kemacetan Kota

Kompas.com - 17/10/2020, 11:33 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Kedua ilmu tersebut TOD dan TJD berasal dari Amerika Serikat untuk mengurangi kemacetan lalu lintas yang sangat parah akibat industri otomotif berhasil mamadati jalan dan beton jalan layang menggurita di sana.

Secara formal, TOD dan TJD dalam konteks akademik belum diajarkan di perguruan tinggi kita.

TOD adalah pengolahan tata guna lahan hanya mengutamakan transport base (pejalan kaki) dari titik simpul angkutan massal (stasiun/terminal) sejauh 400 meter-800 meter.

Hal ini mengacu Peraturan Menteri (Permen) ATR/BPN Nomor 16 Tahun 2017) menuju destinasi perkantoran, mal, hotel/apartmen, rumah sakit, galeri, dan lain-lain.

Berbeda dengan TOD dengan sebaran gerakan manusia secara horisontal keluar tapak dari terminal/stasiun untuk melakukan kegiatan di luar, TJD adalah gerakan vertikal dalam satu tapak.

TJD adalah mixed use  atau bangunan multi fungsi antara kegiatan transportasi dan kegiatan non-transportasi seperti perkantoran, mal, pertunjukan/bioskop, kuliner, kesehatan, perhotelan, perumahan atau apartemen sesuai zonasi.

Di Amerika, Eropa, bahkan di Jepang, TJD sangat lazim dengan angkutan rail base-nya yakni mass rapid transit (MRT) berada di bawah tanah, sedangkan di atas tanah terdapat ruag multifungsi yang mencakup terminal, pusat belanja, apartemen, perkantoran, dan lain-lain.

Pada bagian inilah arsitek berperan secara aktif untuk terlibat mengurus kemacetan lalu lintas sebagai visi dan motivasi berkarya dalam rona urban modern design.

Jadi semua kebutuhan manusia tercukupi dalam satu tapak sehingga tidak butuh sarana transportasi untuk pergi ke destinasi lain.

Untuk menarik masyarakat menggunakan angkutan umum massal (pull), peran arsitek sangat penting.

Peran arsitek secara langsung dapat diimplementasikan dalam rancangan bangunan-bangunan pelayanan angkutan umum, seperti stasiun kereta api, terminal bus, bandar udara, pelabuhan laut dan pelabuhan angkutan sungai dan penyeberangan (ASDP).

Bagaimana arsitek mampu merancang kenyamanan, kemudahan, keamanan, keselamatan dan kesetaraan bagi pengguna angkutan umum, termasuk proses perancangan integrasi (konektivitas) antar-moda angkutannya.

Terlebih penting transportasi massa depan hanya tiga, yakni non-motorist transport (NMT), angkutan umum massal (MRT/LRT/BRT), shuttle (angkutan khusus dari perumahan ke sekolah/kampus, perkantoran, mal dan lain-lain).

Kendaraan listrik tetap tidak menjanjikan karena bila telah diproduksi massal tetap akan membuat kemacetan yang sama.

Jadi arsitek-arsitek visioner sangat diperlukan untuk mengubah wajah kota-kota konservatif menjadi kota berwajah baru dalam konsep sustainable urban transport.

Apabila arsitek berhasil mengejawantahkan desain bangunan menjadi produk layanan transportasi umum sesuai standar pelayanan minimum, niscaya masyarakat akan tertarik menggunakan angkutan umum massal. Konsep ”pull” pun akan berhasil.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau