Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Deddy Herlambang
Pengamat Transportasi

Direktur Eksekutif Institut Studi Transportasi (INSTRAN)

Arsitek Ikut Bertanggung Jawab Atas Kemacetan Kota

Kompas.com - 17/10/2020, 11:33 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Khusus pertambahan jalan di DKI Jakarta rerata 0,01 persen dan pertumbuhan kendaraan bermotor 12 persen per tahun menurut data Ditlantas Polda Metro Jaya.

Menyimak data di atas tentunya pembangunan gedung baru (termasuk 30 persen luas lahan parkirnya) tetap akan positif marak dan pertumbuhan kendaraan yang positif naik namun tidak sebanding pertumbuhan jalan.

Kondisi kekurangan pertumbuhan jalan jangan lantas diakomodasi secara naif dengan membangun jalan layang lagi.

Kita tidak ingin fasad kota menjadi pemandangan hutan belantara beton jalan layang yang saling bertingkat.

Di sinilah sinergi multi-disiplin ilmu berperan untuk mengonsolidasi kepentingan dan meningkatkan produktivitas publik.

Peran arsitektur dalam transportasi

Mengurangi kemacetan lalu lintas tidak hanya melalui manajemen rekayasa lalu lintas namun dengan metoda konsep “push and pull” (menekan penggunaan kendaraan pribadi dan menariknya menggunakan angkutan umum massal).

Secara “pull” dapat juga melalui penataan kota ramah terhadap angkutan massal dan perancangan integrasi antar moda angkutan umum dalam bangunan akan menjadi bahasan tersendiri dalam displin ilmu arsitektur.

Secara kajian arsitektur dapat dibedah desain gedung yang ramah terhadap angkutan umum massal dan integrasi antar moda angkutan umum.

Memang kita akui bahwa platform penataan ruang kota kita masih belum berpihak kepada angkutan umum massal.

Bila terdapat perubahan besar dalam penataan ruang kota untuk berpihak pada angkutan umum massal, kelak banyak didapati light rail transit (LRT), bus rapid transit (BRT), bus transit system (BTS) di jalan-jalan perkotaan ataupun bakal ada sub-sub terminal di setiap kelurahan atau kecamatan.

Ahli tata kota (planolog) dapat merancang sebuah kota tentunya setelah berdiskusi dengan ahli transportasi, sosiolog dan arsitek untuk kota baru yang ramah terhadap angkutan umum massal.

Preseden lain, perancangan kota New York (Manhattan) sangat dipengaruhi oleh arsitek terkenal Louis Henry Sullivan dan muridnya Frank Lloyd Wright dengan gaya arsitektur modern peralihan Abad 18 ke 19.

Mungkin bila tiada regulasi perancangan bangunan, wajib sediakan ruang parkir 20 persen sampai 30 persen dari total luas lantai, sang arsitek juga tidak akan selalu mendesain ruang parkir.

Risiko banyaknya ruang parkir tentunya akan menjadi stimulan masyarakat selalu gemar menggunakan kendaraan pribadi, sementara kapasitas ruang jalan sangat terbatas.

Barang kali arsitek dapat berpikir tentang perancangan desain seimbang. Di samping menyediakan ruang parkir mobil/motor, juga halte/shelter angkutan massal (bus) yang masuk dalam tapak (site) gedung yang nyaman.

Konsep seperti ini dapat kita namakan bangunan yang berintegrasi dengan angkutan umum massal. Kebutuhan akan halte bus terintegrasi dalam tapak tersebut, dapat mengikuti standar kepadatan pengguna gedung sesuai SNI, yakni kepadatan gedung 500 orang ke atas.

Boleh dikatakan arsitek juga bertanggung jawab terhadap kemacetan lalu lintas sebagai akibat hanya memfasilitasi rancangan desain bagi pengguna kendaraan kendaraan pribadi saja, bukan memfasilitasi pengguna kendaraan umum massal.

Untuk membantu mengurangi kemacetan lalu lintas non-disiplin ilmu transportasi, dapat dilakukan secara transit oriented development (TOD) dalam arsitek penataan kota dan transit joint development (TJD) dalam arsitek perancangan bangunan.

Halaman Berikutnya
Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau