Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pasar Tikung, "Hybrid Market" Pertama di Indonesia

Kompas.com - 05/08/2020, 19:08 WIB
Kontributor Medan, Mei Leandha,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

MEDAN, KOMPAS.com - Kota Medan memiliki 53 pasar tradisional yang pengelolaannya dilakukan Perusahaan Daerah (PD) Pasar Kota Medan.

 

Satu di antaranya telah direvitalisasi sejak 2016 lalu, yakni Pasar Inpres Titi Kuning atau Pasar Tikung yang berada di Jalan Brigadir Jenderal Zein Hamid, Titi Kuning, Kecamatan Medanjohor.

Pengusaha lokal Kota Medan, Hendy Ong, melihat program revitalisasi itu sebagai peluang untuk turut serta memajukan kota kelahirannya.

Dia pun kemudian mengajukan proposal ke PD Pasar Kota Medan dan disetujui Pemerintah Kota Medan yang saat itu wali kotanya dijabat Dzulmi Eldin.

Mulailah pasar tradisional yang kondisinya becek, jorok dan bau mendapat sentuhan pembangunan dan modrenisasi. 

Baca juga: Anak Menkumham Yasonna Laoly Bangun Perumahan Sam City di Medan

"Kami bangun menjadi gedung pasar modren, bersih, tertata, tidak becek dan bau lagi. Harapan kami, menjadikan Pasar Tikung pasar kebanggaan warga Medan," kata Hendy yang kini menjadi Direktur Utama Pasar Tikung kepada Kompas.com, Rabu (5/8/2020).

Menurut Hendy, pasar adalah denyut nadi perekonomian yang sangat penting sejak dulu sampai sekarang, di seluruh dunia.

Di zaman milenial, pasar tradisional bertransformasi menjadi lebih kekinian yang siap bersaing dengan pasar modern dan market place menggantikan posisi pasar tradisional.

"Market place bukan ancaman, melainkan peluang  yang baik. Sepanjang pasar tradisional mampu mengikuti perkembangan, akan selalu eksis dari zaman ke zaman. Pasar Tikung ingin menjadi pionir-nya," ucapnya.

Dibuka dan diresmikan akhir 2019, kehadiran Pasar Tikung disambut baik karena digadang-gadang menjadi pusat jajanan dan oleh-oleh khas Kota Medan dan Sumatera Utara.

Baca juga: Ciputra dan Gamaland Tawarkan Hunian Singapura di Medan

Mimpinya, para wisatawan yang datang ke Kota Medan tidak lagi harus mengelilingi kota hanya untuk membeli buah tangan, atau mesti ke Tanjungpura dan Serdangbedagai untuk membeli dodol.

Direktur Utama Pasar Tikung Hendy Ong bersama  Founder of Hybrid Market Indra Halim usai MoU Pasar Tikung Hybrid Market yang ditandatangani pada Selasa (28/7/2020) di Bordes Pasar TikungKOMPAS.COM/MEI LEANDHA ROSYANTI Direktur Utama Pasar Tikung Hendy Ong bersama Founder of Hybrid Market Indra Halim usai MoU Pasar Tikung Hybrid Market yang ditandatangani pada Selasa (28/7/2020) di Bordes Pasar Tikung
Namun, baru berjalan sekejap, pandemi Covid-19 melanda. Pasar Tikung yang dirancang setinggi 3 lantai ini pun terkena dampaknya. 

"Tapi lagi-lagi kami melihat pandemi sebagai tantangan, kita harus menjadikan situasi pandemi menjadi waktu untuk melakukan terobosan yang lebih cepat lagi. Di perjalanannya, kami kedatangan anak muda bernama Indra Halim," ungkap Hendy. 

Kata Hendy, Indra Halim terkenal di Kota Medan sebagai penggiat UMKM dengan konsentrasi pada bisnis kuliner, digital marketing, dan influencer serta Founder of Hybrid Market.

Dari hasil penjajakan, keduanya memutuskan Pasar Tikung dijadikan sebagai lokasi pertama hybrid market di Kota Medan, bahkan di Indonesia.

Keduanya lalu membuat kesepahaman dan kesepakatan legal Pasar Tikung Hybrid Market yang ditandatangani pada Selasa (28/7/2020) di Bordes Pasar Tikung.

Baca juga: Pengembang di Medan Tawarkan Rumah DP 10 Persen

"Ini hybrid market pertama di Kota Medan, di Indonesia juga pertama kali," kata Hendy. 

Skema pengelolaan hybrid market  ini dilakukan secara profesional, menggabungkan kios dan peritel daring dan luring di satu tempat. 

"Kenapa offline masih sangat penting di zaman digital dan kenapa online luar biasa pentingnya, masing-masing karena punya kelemahan dan keunggulan, di sinilah peran hybrid market sehingga unggul bersama-sama," imbuh Indra. 

Harga toko mulai Rp 1 jutaan

Ilustrasi.SHUTTERSTOCK Ilustrasi.
Pandemi membuat hybrid market dilakukan lebih cepat seiring masifnya perkembangan transaksi belanja daring. 

Konsep dengan penekanan o to o atau offline to online ini, menurut Indra, akan tetap sebab fisik dan digitalnya tersedia.

Seperti di Amerika, meski punya toko online, peritel tetap memiliki toko offline walau terkadang cuma jadi gudang, customer service atau ruang pamer. 

"Ketika kita melihat Pasar Tikung punya banyak toko, ini adalah potensi digital market. Selama ini online shop-nya di rumah, sudah bisa memiliki toko," ucap Indra. 

Bagi pengusaha yang ingin membuka toko di Pasar Tikung, bisa memulai dengan menyewanya seharga Rp 1 jutaanper bulan.

Harga sudah mencakup semuanya, termasuk semua fasilitas hybrid market. Ada sekitar 300-an toko permanen berbagai ukuran.  

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau