Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Edy Rahmayadi Minta Pemkot Medan dan Pelindo 1 Bangun Rusun di Belawan

Kompas.com - 22/10/2020, 16:32 WIB
Kontributor Medan, Mei Leandha,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

MEDAN, KOMPAS.com - Rob setinggi satu meter menggenangi rumah warga dan membuat semua aktivitas lumpuh di Lorong Ujungtanjung 2 Bagandeli, Kelurahan Bagandeli, Kecamatan Medanbelawan pada Selasa (20/10/2020) siang.

Rob adalah banjir air laut yang pasang dan menggenangi daratan atau daerah yang lebih rendah dari muka air laut.

Seorang pria paruh baya mengatakan kepada Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi yang datang meninjau lokasi, air mulai naik sekitar pukul 02.00 WIB.

Paling parah terdampak adalah rumah warga yang berdekatan dengan sungai, meski sudah langganan, tapi mereka kewalahan. 

"Kasihan ibu-ibu sama anak-anak, mereka yang menghadapi banjir. Kami berharap ada solusi dari peninjauan yang dilakukan sebab sudah bosan menjadi korban banjir,” ungkapnya, Rabu (21/10/2020). 

Baca juga: Sembilan Jalan Dibangun, Gubernur Edy: Butuh Dukungan Pemerintah Pusat

Gubernur yang datang bersama penjabat sementara Wali Kota Medan Arief Sudarto Trinugroho dan GM PT Pelabuhan Indonesia I (Persero) Cabang Belawan Yarham Harid.

Saat berdiri di sebuah jembatan, mereka melihat sudah tidak ada lagi jalur hijau di pinggiran Sungai Deli, padat dipenuhi rumah warga.

Kepada warga, Edy bilang, rob merupakan peristiwa alam yang terjadi sehingga apapun yang dilakukan tidak dapat mengatasi maupun menghentikannya.

Oleh karena itu, yang perlu menjadi perhatian adalah warga yang selalu menjadi korban banjir. Dari hasil peninjauannya, banyak warga yang mendirikan bangunan di jalur hijau. 

“Seharusnya jalur hijau ini ditumbuhi hutan bakau, bukan rumah warga sehingga mengganggu ekosistem yang ada. Kami akan pecahkan persoalan ini, kawasan ini perlu segera ditata agar tidak terlihat kumuh dan kebersihan warga terjaga,” tutur Edy.

Disinggung kemungkinan relokasi warga yang bermukim di jalur hijar tersebut, Edy mengatakan masih harus mempelajarinya sebab jumlah warga yang bermukim mencapai ribuan, sehingga penanganannya harus dilakukan bertahap.

Dia meminta Pemkot Medan bersama PT Pelabuhan Indonesia I (Persero) bersinergi menyatukan masterplan untuk menata dan mengembalikan kelestarian daerah pinggiran pantai di Belawan.

Baca juga: Proyek PLTGU Batubara Dikebut, Edy Rahmayadi: Kalau Tidak Cepat, Pindah ke Vietnam

Yarham mengatakan, akan segera menyampaikan permintaan gubernur ke Kementerian Perhubungan untuk segara ditindaklanjuti.

Menurutnya, PT Pelabuhan Indonesia I (Persero) Belawan siap bersinergi dengan Pemkot Medan dalam menata Belawan agar lebih baik ke depan.

"Kami akan segera sampaikan arahan Bapak ke pusat. Pelindo 1 Belawan sendiri siap bersinergi dengan Pemkot Medan, memberikan dana CSR kami dalam penataan daerah ini," kata dia.

Dukungan serupa juga disampaikan Arief. Dia memasikanPemkot Medan siap mendukung penuh langkah yang akan dilakukan gubernur dan akan bersinergi dengan PT Pelabuhan Indonesia I (Persero) serta seluruh stakeholder yang ada untuk merumuskan. 

WALHI Sumut: Bukan banjir rob biasa

Rob tak hanya siklus alam, ada penyebab lain yang membuatnya menjadi bencana yaitu tingginya curah hujan, penurunan muka tanah akibat menurunnya daya dukung lingkungan, tingginya gelombang laut dan intensitas abrasi akibat degradasi hutan mangrove.

Pemanasan global di Indonesia disebabkan penghancuran hutan dan lahan gambut. Indonesia diprediksi akan kehilangan 25 persen hutannya pada 2030.  

Deforestasi hutan sebesar 40 persen berkontribusi terhadap meningkatnya suhu panas bumi. Pada 2015, kebakaran hutan dan lahan di Indonesia berkontribusi terhadap emisi karbon sebesar 1,5 juta ton emisi global.

Pemanasan global dan perubahan iklim inilah yang berkontribusi terhadap menurunnya daya dukung lingkungan dan keseimbangan ekologis, salah satunya banjir rob.

Baca juga: Konstruksi 2 Rest Area Perdana di Sumatera Utara Rampung

Degradasi hutan mangrove berkontribusi terhadap banjir yang terjadi di daratan pesisir. Hutan yang fungsinya penahan gelombang besar dan intrusi air laut menurun kualitas dan kuantitasnya sehingga kenaikan air laut tidak bisa diminimalisasi.

Intensitas abrasi yang tinggi juga disebabkan menurunnya kualitas dan kuanititas hutan mangrove.

Di Sumatera Utara berdasarkan data Dinas Lingkungan Hidup menyebutkan bahwa 40 persen hutan mangrovenya kritis. 

Kepala Departemen Program dan PME WALHI Sumut Doni Latuparisa mengatakan, banjir di permukiman Belawan bukan banjir rob biasa.

Soalnya berlangsung selama lima hari namun dianggap banjir biasa oleh pemerintah. Warga terdampak berharap pemerintah ambil langkah cepat untuk mengatasi banjir langganan ini.

Doni menuturkan, pemerintah seharusnya tidak menganggap banjir ini sebagai banjir biasa. Banjir ini disebabkan beberapa seperti degradasi lingkungan yang menyebabkan daya dukung lingkungan menurun dan pemanasan global yang hari ini menjadi masalah besar kita.

"Upaya untuk menekan kenaikan suhu di bawah 2 sampai 1,5 derajat Celcius yang ditargetkan jangan hanya obrolan di forum-forum, tapi dibuktikan dengan aksi nyata," tuntas Doni.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com