Langgam arsitektunya memadukan aliran Moor yang bergaya Spanyol dengan gaya arsitektur Indonesia.
Misalnya bagian atap gedung yang dirancang dengan tiga tingkat atau tumpukan piramid dengan jumlah ganjil dengan ukuran semakin ke atas semakin kecil, disebut mirip dengan meru di Bali.
Baca juga: Sejarah Ombilin Sawahlunto, dari Kota Tambang Jadi Situs Warisan Dunia
Sementara atap gedung terbuat dari sirap. Secara keseluruhan, Gedung Sate memberikan kesan anggun dan berwibawa.
Terutama karena letaknya yang sengaja cukup jauh dari jalan raya serta keberadaan pintu gerbang lebar yang memperlihatkan kemegahan bangunan.
Keunikan lainnya terletak pada fondasi bangunan. Batu fondasi yang digunakan adalah batu bulat bertautan yang dibawa dari daerah Arcamanik dan Manglayang.
Fondasi batu di Gedung Sate sengaja dibuat menjadi bulat agar dapat menyesuaikan diri dan tetap stabil saat terjadi gempa bumi.
Pemberitaan Harian Kompas 2 Januari 2010 menyebutkan, selama konstruksi, pengerjaan Gedung Sate melibatkan sekitar 2.000 pekerja.
Baca juga: Sejarah Sarinah, Mal dan Pencakar Langit Pertama di Indonesia
Konstruksinya sendiri diselesaikan pada September 1924. Semula, Gedung Sate terdiri dari gedung utama dan gedung di samping timur untuk Kantor Pusat Post Telefoon en Telegraaf.
Lalu pada tahun 1980, gedung utama dipakai sebagai Kantor Gubernur Jabar dan gedung samping timur menjadi Museum Pos.
Selanjutnya pada tahun 1977, terdapat penambahan gedung di sisi samping barat yang digunakan sebagai kantor DPRD Jawa Barat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.