KOMPAS.com - Banyak kalangan mulai bereksperimen dengan menciptakan alternatif material bangunan ramah lingkungan, hemat energi, dan efisien.
Seperti yang dilakukan oleh Newtab-22. Perusahaan ini menciptakan Sea Stone, sebuah material yang terbuat dari limbah kerang yang diambil dari industri makanan laut.
Pendiri Newtab-22 mengklaim, material ini dapat menjadi salah satu jawaban untuk mengurangi masalah limbah pada industri makanan laut, yang disebut menghasilkan tujuh ton sampah setiap tahunnya.
Mayoritas dari limbah industri tersebut dibuang ke tempat sampah maupun pantai. Dengan demikian, pengembangan ini sekaligus bertujuan memberikan material yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.
Melansir laman Dezeen, pemilihan kerang sebagai salah satu bahan utama pembuatan beton alternatif ini lantaran bahan tersebut kaya akan kalsium karbonat yang juga digunakan dalam pembuatan semen.
Ini artinya, beton dari kerang ini tidak dapat digunakan dalam proyek pengembangan skala besar.
Baca juga: Singapura Kembangkan Material Jalan dari Limbah
Material terebut dibuat dengan cara menggiling kerang yang akan ditimbun, lalu digabungkan dengan bahan pengikat alami.
Bahan tersebut kemudian dituangkan ke dalam cetakan dan dibiarkan mengeras menjadi potongan-potongan beton. Proses tersebut nantinya memberikan efek estetik layaknya teraso.
Metode ini saat ini dilakukan secara manual untuk menghindari penggunaan panas, listrik dan perlakuan kimiawi serta memastikan prosesnya berkelanjutan dan terjangkau.
"Kami tidak ingin merusak lingkungan dalam proses atau hasilnya," kata salah satu pendiri Newtab-22, Hyein Choi.
Perbedaan tersebut terjadi jika pembuat mengubah jumlah kerang dan bahan pengikat atau menambahkannya dengan pewarna.
Baca juga: Ragam Inovasi Material Bangunan 2018
Bahan tersebut saat ini sedang dikembangkan untuk tujuan komersial dan sejauh ini telah digunakan untuk membuat produk seperti ubin dekoratif, permukaan meja, alas piring dan vas.
"Meski sebagian kerang telah didaur ulang dan digunakan sebagai pupuk, sebagian besar dibuang ke tempat pembuangan sampahh atau di tepi pantai," tulis Newtab-22 dalam penjelasannya.
Sebelumnya, limbah kerang dibuang dan menumpuk di pantai. Hal ini menyebabkan polusi serta mencemari tanah di sekitarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.