Gagasan sistem BRT Jakarta tercetus sejak 2001 ketika Pemprov DKI studi banding ke TransMilenio Bogota Kolombia.
Kemudian Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso saat itu mengusulkan sistem BRT tersebut dioperasikan di Jakarta.
Tahun 2002 gagasan BRT Jakarta masuk dalam Business Plan Jakarta Busway dan akhirnya diresmikan pada 15 Januari 2004.
BRT Jakarta merupakan BRT pertama di Asia Tenggara dan Asia Selatan, Hingga September 2020 telah ada 13 koridor (belum termasuk rencana penambahan 2 koridor), dengan panjang 230,9 kilometer, dilengkapi 243 halte, dan lebih dari 1347 sarana bus.
Kini PT Transportasi Jakarta mengklaim diri memiliki BRT terbesar dibanding BRT kota lain di dunia.
Busway sebagai right of way BRT Jakarta berhasil mengajak pengguna kendaraan pribadi beralih ke kendaaraan umum massal.
Sebelum pandemi Covid-19, BRT TransJakarta mampu menggangkut 900.000 hingga 1.000.000 penumpang per hari.
Target Badan Pengatur Transportasi Jabodetabek (BPTJ), Tahun 2029 modal share pengguna angkutan umum adalah 60 persen. Angka eksisting masih 16-20 persen pengguna angkutan umum di DKI Jakarta.
Artinya masih memerlukan kebijakan kreatif push and pull lagi agar publik beralih ke transportasi umum agar mencapai 60 persen dari total semua pengguna jalan.
Sistem Bus TransJakarta dimodelkan seperti sistem TransMilenio yang sukses di Bogota, Kolombia.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.