"Jadi berjalan kaki, bersepeda, ke mana-mana itu dekat. Ada satu koneksi perjalanan. Itu yang paling penting, jadi dia enggak harus muter," tutur Faela.
Selain ketiga prinsip tadi, hunian berbasis TOD idealnya juga perlu menerapkan beberapa prinsip lainnya, yakni transit atau akses dari rumah ke stasiun atau halte transportasi publik yang dapat dijangkau dengan berjalan kaki.
Prinsip selanjutnya adalah pembauran atau mix. Menurut Faela, hunian dengan konsep TOD sebaiknya terletak dekat dengan berbagai fasilitas publik, seperti pasar, sekolah, pusat kesehatan, hingga ruang publik.
Baca juga: Bisakah Pengembangan TOD Kurangi Macet di Jabodetabek?
Dengan demikian, seluruh kegiatan penghuni dapat dijangkau dalam waktu singkat, tentunya tanpa harus menggunakan kendaraan pribadi.
"Utamanya mau ke pasar itu dekat, mau kerja dekat, anaknya mau sekolah dekat, rumah sakit juga dekat," kata Faela.
Setelah itu ada densify atau mengoptimalisasi kepadatan di tengah kota. Kemudian compact atau pembangunan wilayah dengan jarak kebutuhan perjalanan yang pendek.
Prinsip selanjutnya adalah shift atau meningkatkan mobilitas penghuni melalui penataan parkir dan kebijakan penggunaan lahan.
Menurut Faela, dengan prinsip utama pengembangan hunian berbasis TOD adalah mengurangi penggunaan kendaraan pribadi.
"Jadi berpindah dari kendaraan pribadi ke jalan kaki, bersepeda, atau angkutan umum kalau memang dia harus berjalan jauh," ujar dia.
Baca juga: Menurut REI, Banyak Proyek Belum Layak Disebut TOD
Apalagi penghuni dapat menjangkau seluruh area hanya dengan berjalan kaki, bersepeda, maupun memanfaatkan transportasi umum.
"Jadi sudah tidak relevan lagi kalau di area TOD masih ada tempat parkir," ucap Faela.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.