Menurut Eric, bisnis semacam ini sangat baik bagi mereka yang ingin memulai bisnis tanpa membutuhkan banyak modal atau bahkan tak butuh modal sama sekali.
Baca juga: Tips Praktis bagi Arsitek Hadapi Era New Normal
Lantas, bagaimana Eric mendapatkan para kliennya?
Dia mengungkapkan, harus membangun portfolio desain dan disebarluaskan melalui jejaring media sosial seperti Instagram, Facebook, dan Pinterest.
Setelah itu, bubuhkan keterangan foto semenarik mungkin yang dapat mengalihkan perhatian konsumen.
Dengan demikian, karya desain tersebut dapat dengan mudah ditemukan oleh para pengguna media sosial.
Namun, Eric menegaskan, para desainer interior perlu menerapkan cara lain yang lebih efektif untuk menarik para pelanggan selain mempublikasikan lewat media sosial.
"Tapi cara ini tak selalu bekerja ya. Karena, saya tahu desainer interior lain sama sekali tidak approach dengan cara ini. Jadi, cara ini mungkin what works for me might not work for somebody else (berhasil untuk saya tapi tidak untuk orang lain)," tegas Eric.
Eric mengungkapkan, hingga saat ini 75 persen klien yang telah menggunakan jasanya berasal dari Manado. Sisanya, dari pulau Jawa.
Selain itu, sebagian besar merupakan sektor perumahan. Para pemilik rumah, baik lama maupun baru menginginkan desain yang menunjang aktivitas mereka.
Tren WFH tak hanya mengubah perilaku, juga preferensi tentang desain yang pada akhirnya membuat pemilik rumah merasa lebih betah, nyaman, sekaligus produktif.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan