Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bajaj, Angkutan Alternatif Pengganti Ojek Daring

Kompas.com - 02/06/2020, 19:43 WIB
Rosiana Haryanti,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

Angkutan tersebut adalah bajaj. Kendaraan roda tiga ini memberi ruang antara penumpang dan pengemudi. 

Tak hanya di ibu kota, angkutan sejenis yakni bentor juga ditemukan di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat.

Selain itu, di dalam kendaraan bisa dipasang sekat permanen, sehingga tercipta jarak sosial. Kendaraan ini juga mampu mengangkut penumpang lebih dari satu orang.

"Sehingga bajaj dapat disebut juga sebagai moda angkutan alternatif yang lebih manusiawi," kata dia.

Akan tetapi, moda transportasi ini juga memiliki kelemahan. Menurut Djoko, jumlah armada bajaj saat ini masih terbatas dan tidak sebanyak sepeda motor.

Selain itu, pembatasan wilayah operasi membuat pergerakan bajaj tidak seleluasa ojek.

Namun hal ini bisa diatasi. Guna mempopulerkan kembali bajaj, Pemerintah bisa menghilangkan pembatasan willayah operasi. Dengan demikian, bajaj dapat bergerak lebih leluasa seperti sepeda motor.

Kemudian, pada setiap kendaraan bisa dipasang meteran penghitng ongkos atau argometer.

Bahkan bukan tidak mungkin, masyarakat bisa menggunakan metode pembayaran non-tunai atau memesannya secara daring.

Djoko mengatakan, cara ini telah diterapkan di ibu kota Srilanka, Colombo.

Baca juga: New Normal Buka Peluang Bisnis Transportasi Jarak Pendek

Lalu bagaimana menerapkan solusi tersebut?

Djoko dan Felix mengungkapkan, hal tersebut tidak sulit diterapkan.

Pemerintah bisa menggandeng perusahaan penyedia atau produsen kendaraaan, organisasi angkutan darat atau Organda, perbankan, sekaligus perusahaan penyedia aplikasi pemesanan daring.

Penerapan kebijakan ini kemungkinan memunculkan tantangan dari pihak penyelenggaran ojek.

Tetapi, hal tersebut bisa diatasi dengan memberi kesempatan bagi para pengendara untuk melakukan konversi dari sepeda motor ke bajaj.

Pemerintah juga disarankan membentuk tim khusus dari berbagai lembaga maupun kementerian agar tidak mengambil keuntungan sektoral.

"Sehingga dengan niat baik dalam rangka menerapkan angkutan yang sehat dan manusiawi serta modern dapat terwujud," ucap Felix dan Djoko.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com