Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ignatius Untung S
Praktisi Neuromarketing dan Behavioral Science

Praktisi Neuromarketing dan Behavioral Science

Mempertanyakan "New Normal" (I)

Kompas.com - 29/04/2020, 21:24 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Belum adanya obat dan vaksin membuat sense of losing control menjadi semakin kuat, terlebih lagi ketika wabah yang sangat mengancam jiwa tersebut tidak bisa kita lihat.

Hal yang sama dengan bagaimana kita takut akan roh halus yang tidak terlihat dan kita tidak tahu apa yang mereka bisa lakukan.

Maslow Hierarchy of Needs

Psikolog terkenal, Abraham Maslow memperkenalkan piramida kebutuhan manusia yang menempatkan kebutuhan fisiologis yang termasuk makan, minum, tidur, dan seks di dasar piramid.

Semakin ke atas bentuk kebutuhannya semakin abstrak seperti kebutuhan keamanan, kebutuhan untuk bersosialisasi, self esteem dan self actualization.

Sebagian besar dari kita hidup dengan memenuhi kebutuhan yang ada di dasar piramid dan ketika kebutuhan tersebut terisi, maka kita pun mulai memikirkan kebutuhan yang di atasnya hingga pada akhirnya kita bisa memenuhi seluruh level hingga paling atas.

Bagi sebagian besar manusia, atau pada normalnya, kita tidak akan mengejar kebutuhan pada level yang di atas tanpa sebelumnya memenuhi level yang ada di bawahnya.

Maka dari itu gelandangan tidak berpikir untuk mengejar self esteem atau self actualization. Tak heran jika kita begitu benci melihat orang yang secara ekonomi masih kesulitan namun hidup penuh gaya.

Mereka yang tadinya hidup glamor dengan pencitraan yang bergengsi bisa tiba-tiba rela kehilangan muka ketika mendadak miskin dan tidak mampu memenuhi kebutuhan dasarnya.

Apapun dilakukan untuk memastikan kebutuhan dasarnya terpenuhi dulu.

Hal yang sama pun terjadi pada masa ini, Pandemi Covid-19 mengancam kebutuhan dasar kita.

Kita merasa menjadi tidak aman, dan bahkan lebih parah lagi melimpah ruahnya kekayaan kita pun menjadi tidak ada artinya jika tidak ada ketersediaan bahan pangan untuk dibeli.

Maka kita pun mulai “menjarah” supermarket dengan kekayaan kita, panic buying, walaupun dengan konsekuensi turunnya self esteem kita ke taraf yang sulit dipulihkan dalam waktu cepat.

“Bodo amat, yang penting aman dulu” begitu pikir kita.

 

Bersambung

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau