Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Satu Tahun MRT Jakarta, Perayaan Sarat Makna di Tengah Wabah Corona

Kompas.com - 24/03/2020, 21:30 WIB
Rosiana Haryanti,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Hari ini, satu tahun yang lalu, masyarakat ibu kota antusias menyambut beroperasinya moda transportasi massal baru.

Presiden Joko Widodo meresmikan moda raya terpadu atau Mass Rapid Transit (MRT) pertama di Indonesia.

"Dengan mengucapkan Bismillahirahmanirahim, MRT fase pertama saya nyatakan dioperasikan, sekaligus MRT fase II hari ini kita mulai lagi," ujar Jokowi kala itu.

Pada hari itu pula, Fase I MRT Jakarta trase Lebak Bulus-Bundaran HI sepanjang lebih kurang 16 kilometer resmi mengangkut penumpang.

Baca juga: Merayakan Satu Semester MRT Jakarta

MRT Jakarta merupakan impian masyarakat di tengah terbatasnya transportasi publik yang memadai. Besar harapan masyarakat dari lahirnya transportasi ini.

Setelah genap berusia satu tahun, MRT Jakarta menjadi salah satu transportasi publik pilihan warga ibu kota dan sekitarnya.

Siswa sekolah, eksekutif muda, ibu rumah tangga berbondong-bondong memanfaatkan moda transportasi baru ini.

Selain itu, MRT dianggap sebagai simbol kebangkitan Indonesia. Sudah lama Indonesia memimpikan moda transportasi umum yang nyaman dan cepat untuk terhindar dari kemacetan.

Tak hanya itu, moda transportasi ini menjadi pilihan lokasi pertemuan bagi dua calon presiden yang saat itu "berseteru", yakni Jokowi dan Prabowo Subianto.

Presiden Joko Widodo (kanan) berbincang dengan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto (kedua kanan) di dalam gerbong kereta MRT di Jakarta, Sabtu (13/7/2019). Kedua kontestan dalam Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden tahun 2019 lalu ini bertemu di Stasiun MRT Lebak Bulus dan selanjutnya naik MRT bersama-sama. ANTARA FOTO/Wahyu Putro A/wsj.Wahyu Putro A Presiden Joko Widodo (kanan) berbincang dengan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto (kedua kanan) di dalam gerbong kereta MRT di Jakarta, Sabtu (13/7/2019). Kedua kontestan dalam Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden tahun 2019 lalu ini bertemu di Stasiun MRT Lebak Bulus dan selanjutnya naik MRT bersama-sama. ANTARA FOTO/Wahyu Putro A/wsj.
Selama beroperasi, MRT Jakarta mengantarkan lebih dari 24 juta penumpang hanya dalam waktu 12 bulan.

Direktur Utama PT MRT Jakarta William Sabandar menuturkan, capaian operasionalisasi MRT bisa dibilang cukup baik. Tahun 2019 saja, jumlah penumpang per hari melonjak dari target.

Dia mengatakan, perusahaan menargetkan tingkat keterisian penumpang sebanyak 65.000 per hari.

Akan tetapi jumlah penumpang yang terangkut melebih target, sebanyak 90.000 orang per hari memanfaatkan angkutan umum ini.

Baca juga: Fase II MRT Jakarta Bunderan HI-Ancol Barat Butuh Rp 22,5 Triliun

"Ketepatan waktu kereta juga sangat baik, 99,8 persen," ucap William kepada Kompas.com, Selasa (24/3/2020).

Dengan capaian gemilang tersebut, tahun 2020 perusahaan menargetkan sebanyak 100.000 orang memanfaatkan transportasi massal ini.

Perayaan satu tahun di tengah wabah Corona

Warga menggunakan masker dan sarung tangan di Stasiun MRT Lebak Bulus, Jakarta Pusat, Jumat (20/3/2020). PT MRT Jakarta (Perseroda) mengimbau para penumpang untuk menjaga jarak aman dengan penumpang lainnya, minimal dalam radius satu meter.KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG Warga menggunakan masker dan sarung tangan di Stasiun MRT Lebak Bulus, Jakarta Pusat, Jumat (20/3/2020). PT MRT Jakarta (Perseroda) mengimbau para penumpang untuk menjaga jarak aman dengan penumpang lainnya, minimal dalam radius satu meter.
Namun, wabah corona (Covid-19) mengubah wajah transportasi publik ibu kota. Pembatasan penumpang dilakukan.

Jam operasionalisasi dibatasi. Semua dilakukan guna memberikan kenyamanan dan keamanan bagi pengguna.

MRT Jakarta memberlakukan pembatasan dan hanya mengangkut penumpang sebanyak 660 orang per kereta atau 360 orang per rangkaian.

Waktu operasionalisasi juga dipangkas menjadi hanya 14 jam, yakni mulai pukul 06.00-20.00 WIB.

Kereta pertama dari Stasiun Bundaran HI berangkat pada pukul 05.57 WIB. Lalu selang waktu keberangkatan antar-kereta setiap lima menit pada waktu sibuk, yakni pukul 07.00-09.00 WIB, dan 10 menit di luar itu.

Sementara kereta terakhir tujuan Stasiun Lebak Bulus Grab akan berangkat pada pukul 19.53 WIB.

Pembatasan tersebut membuat jumlah penumpang menurun signifikan. Tercatat, rerata jumlah penumpang MRT Jakarta dari tanggal 16 hingga 20 Maret 2020 pekan lalu sebanyak 22.448 penumpang.

Kondisi ini membuat perusahaan membuat perusahaan melakukan asesmen. Meski begitu, untuk sementara target keterisian penumpang untuk tahun ini belum berubah, masih di angka 100.000 penumpang per hari.

Hal yang sama juga terjadi pada pendapatan. Hingga saat ini, William mengatakan, perusahaan masih melakukan penilaian.

"Sementara belum kami ubah. Namun tentunya akan bergantung pada berapa lama krisis ini berlangsung," kata dia.

Baca juga: Disebut Berulang-ulang, Berapa Harga Naming Rights Lebak Bulus Grab?

Meski begitu, di tengah krisis, William melontarkan optimisme. Ke depan, ketika wabah Covid-19 telah berlalu, perusahaan akan mengembangkan bisnis.

Dia menyatakan, pihaknya akan mendorong pendapatan non-tiket baik dari iklan maupun naming rights.

Naming rights adalah bentuk transaksi iklan yang memungkinkan perusahaan atau entitas lain membeli hak untuk menyebutkan fasilitas dalam jangka waktu tertentu.

Penjualan hak penamaan ini merupakan salah satu upaya menggenjot pendapatan PT MRT Jakarta di luar tiket (farebox).

Stasiun MRT Jakarta Lebak Bulus GrabIrwan Citrajaya Stasiun MRT Jakarta Lebak Bulus Grab
Menurut catatan Kompas.com, saat ini ada lima stasiun MRT Jakarta yang telah dibeli naming rights-nya oleh lima perusahaan berbeda.

Kelima stasiun tersebut adalah Stasiun Dukuh Atas oleh PT Bank BNI (Persero) Tbk, Stasiun Istora oleh PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, Stasiun Setiabudi yang dikuasai oleh PT Astra International Tbk.

Kemudian Stasiun Blok M yang namanya "dimiliki" oleh PT Bank BCA Tbk serta Stasiun Lebak Bulus oleh Grab Indonesia.

Selanjutnya, William mengatakan akan mengembangkan Kawasan Berbasis Transit atau Transit Oriented Development (TOD).

Baca juga: Menakar Potensi Komersial dan Kualitas Hidup di TOD MRT Jakarta

"Juga TOD diharapkan bisa mulai kita kelola setelah krisis Covid-19 ini berlalu," kata William.

Namun yang terpenting, harapan ke depan adalah terbentuknya kesadaran dan perilaku masyarakat untuk menggunakan transportasi publik.

Dan jika perlu, William mengatakan, pengembangan transportasi publik di daerah lain baik pada fokus dan model bisnisnya bisa mengikuti cara MRT.

"Di mana fokus pengembangannya pada quality, safety, health, environment, and security," tutur dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau