Presiden Joko Widodo meresmikan moda raya terpadu atau Mass Rapid Transit (MRT) pertama di Indonesia.
"Dengan mengucapkan Bismillahirahmanirahim, MRT fase pertama saya nyatakan dioperasikan, sekaligus MRT fase II hari ini kita mulai lagi," ujar Jokowi kala itu.
Pada hari itu pula, Fase I MRT Jakarta trase Lebak Bulus-Bundaran HI sepanjang lebih kurang 16 kilometer resmi mengangkut penumpang.
MRT Jakarta merupakan impian masyarakat di tengah terbatasnya transportasi publik yang memadai. Besar harapan masyarakat dari lahirnya transportasi ini.
Setelah genap berusia satu tahun, MRT Jakarta menjadi salah satu transportasi publik pilihan warga ibu kota dan sekitarnya.
Siswa sekolah, eksekutif muda, ibu rumah tangga berbondong-bondong memanfaatkan moda transportasi baru ini.
Selain itu, MRT dianggap sebagai simbol kebangkitan Indonesia. Sudah lama Indonesia memimpikan moda transportasi umum yang nyaman dan cepat untuk terhindar dari kemacetan.
Tak hanya itu, moda transportasi ini menjadi pilihan lokasi pertemuan bagi dua calon presiden yang saat itu "berseteru", yakni Jokowi dan Prabowo Subianto.
Direktur Utama PT MRT Jakarta William Sabandar menuturkan, capaian operasionalisasi MRT bisa dibilang cukup baik. Tahun 2019 saja, jumlah penumpang per hari melonjak dari target.
Dia mengatakan, perusahaan menargetkan tingkat keterisian penumpang sebanyak 65.000 per hari.
Akan tetapi jumlah penumpang yang terangkut melebih target, sebanyak 90.000 orang per hari memanfaatkan angkutan umum ini.
"Ketepatan waktu kereta juga sangat baik, 99,8 persen," ucap William kepada Kompas.com, Selasa (24/3/2020).
Dengan capaian gemilang tersebut, tahun 2020 perusahaan menargetkan sebanyak 100.000 orang memanfaatkan transportasi massal ini.
Jam operasionalisasi dibatasi. Semua dilakukan guna memberikan kenyamanan dan keamanan bagi pengguna.
MRT Jakarta memberlakukan pembatasan dan hanya mengangkut penumpang sebanyak 660 orang per kereta atau 360 orang per rangkaian.
Waktu operasionalisasi juga dipangkas menjadi hanya 14 jam, yakni mulai pukul 06.00-20.00 WIB.
Kereta pertama dari Stasiun Bundaran HI berangkat pada pukul 05.57 WIB. Lalu selang waktu keberangkatan antar-kereta setiap lima menit pada waktu sibuk, yakni pukul 07.00-09.00 WIB, dan 10 menit di luar itu.
Sementara kereta terakhir tujuan Stasiun Lebak Bulus Grab akan berangkat pada pukul 19.53 WIB.
Pembatasan tersebut membuat jumlah penumpang menurun signifikan. Tercatat, rerata jumlah penumpang MRT Jakarta dari tanggal 16 hingga 20 Maret 2020 pekan lalu sebanyak 22.448 penumpang.
Kondisi ini membuat perusahaan membuat perusahaan melakukan asesmen. Meski begitu, untuk sementara target keterisian penumpang untuk tahun ini belum berubah, masih di angka 100.000 penumpang per hari.
Hal yang sama juga terjadi pada pendapatan. Hingga saat ini, William mengatakan, perusahaan masih melakukan penilaian.
"Sementara belum kami ubah. Namun tentunya akan bergantung pada berapa lama krisis ini berlangsung," kata dia.
Meski begitu, di tengah krisis, William melontarkan optimisme. Ke depan, ketika wabah Covid-19 telah berlalu, perusahaan akan mengembangkan bisnis.
Dia menyatakan, pihaknya akan mendorong pendapatan non-tiket baik dari iklan maupun naming rights.
Naming rights adalah bentuk transaksi iklan yang memungkinkan perusahaan atau entitas lain membeli hak untuk menyebutkan fasilitas dalam jangka waktu tertentu.
Penjualan hak penamaan ini merupakan salah satu upaya menggenjot pendapatan PT MRT Jakarta di luar tiket (farebox).
Kelima stasiun tersebut adalah Stasiun Dukuh Atas oleh PT Bank BNI (Persero) Tbk, Stasiun Istora oleh PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, Stasiun Setiabudi yang dikuasai oleh PT Astra International Tbk.
Kemudian Stasiun Blok M yang namanya "dimiliki" oleh PT Bank BCA Tbk serta Stasiun Lebak Bulus oleh Grab Indonesia.
Selanjutnya, William mengatakan akan mengembangkan Kawasan Berbasis Transit atau Transit Oriented Development (TOD).
"Juga TOD diharapkan bisa mulai kita kelola setelah krisis Covid-19 ini berlalu," kata William.
Namun yang terpenting, harapan ke depan adalah terbentuknya kesadaran dan perilaku masyarakat untuk menggunakan transportasi publik.
Dan jika perlu, William mengatakan, pengembangan transportasi publik di daerah lain baik pada fokus dan model bisnisnya bisa mengikuti cara MRT.
"Di mana fokus pengembangannya pada quality, safety, health, environment, and security," tutur dia.
https://properti.kompas.com/read/2020/03/24/213000221/satu-tahun-mrt-jakarta-perayaan-sarat-makna-di-tengah-wabah-corona