Namun, wabah corona (Covid-19) mengubah wajah transportasi publik ibu kota. Pembatasan penumpang dilakukan.
Jam operasionalisasi dibatasi. Semua dilakukan guna memberikan kenyamanan dan keamanan bagi pengguna.
MRT Jakarta memberlakukan pembatasan dan hanya mengangkut penumpang sebanyak 660 orang per kereta atau 360 orang per rangkaian.
Waktu operasionalisasi juga dipangkas menjadi hanya 14 jam, yakni mulai pukul 06.00-20.00 WIB.
Kereta pertama dari Stasiun Bundaran HI berangkat pada pukul 05.57 WIB. Lalu selang waktu keberangkatan antar-kereta setiap lima menit pada waktu sibuk, yakni pukul 07.00-09.00 WIB, dan 10 menit di luar itu.
Sementara kereta terakhir tujuan Stasiun Lebak Bulus Grab akan berangkat pada pukul 19.53 WIB.
Pembatasan tersebut membuat jumlah penumpang menurun signifikan. Tercatat, rerata jumlah penumpang MRT Jakarta dari tanggal 16 hingga 20 Maret 2020 pekan lalu sebanyak 22.448 penumpang.
Kondisi ini membuat perusahaan membuat perusahaan melakukan asesmen. Meski begitu, untuk sementara target keterisian penumpang untuk tahun ini belum berubah, masih di angka 100.000 penumpang per hari.
Hal yang sama juga terjadi pada pendapatan. Hingga saat ini, William mengatakan, perusahaan masih melakukan penilaian.
"Sementara belum kami ubah. Namun tentunya akan bergantung pada berapa lama krisis ini berlangsung," kata dia.
Baca juga: Disebut Berulang-ulang, Berapa Harga Naming Rights Lebak Bulus Grab?
Meski begitu, di tengah krisis, William melontarkan optimisme. Ke depan, ketika wabah Covid-19 telah berlalu, perusahaan akan mengembangkan bisnis.
Dia menyatakan, pihaknya akan mendorong pendapatan non-tiket baik dari iklan maupun naming rights.
Naming rights adalah bentuk transaksi iklan yang memungkinkan perusahaan atau entitas lain membeli hak untuk menyebutkan fasilitas dalam jangka waktu tertentu.
Penjualan hak penamaan ini merupakan salah satu upaya menggenjot pendapatan PT MRT Jakarta di luar tiket (farebox).