GORONTALO, KOMPAS.com - Danau Limboto merupakan salah satu daya tarik yang ada di Provinsi Gorontalo.
Namun saat ini kondisinya kritis dengan sejumlah permasalahan, seperti rawan banjir, dipadati permukiman warga dan nelayan, hingga pengendapan sedimentasi.
Selain itu, aktivitas keramba jaring apung (KJA) turut memberikan sumbangan terhadap sedimentasi di Danau Limboto.
Di sepanjang danau, terdapat 2.559 unit KJA dengan kebutuhan pakan sekitar 202 ton per hari. Namun dari jumlah tersebut, 10 persen pakan atau sekitar 20 ton per hari mengendap di dasar danau.
Baca juga: Danau Limboto Kritis, Ini Penyebabnya
Kepala Balai Wilayah Sungai (BWS) Sulawesi II Gorontalo Adenan Rasyid mengatakan, permasalahan lain yang menghantui Danau Limboto adalah okupasi lahan atau pendudukan lahan di area tepian danau sebagai imbas dari pertumbuhan penduduk.
"Sekarang akibat sedimentasi yang terbentuk, masyarakat memanfaatkannya. Kami tidak bisa menyalahkannya karena sedimentasi tinggi," ucap Adenan di Gorontalo, Jumat (28/2/2020).
Dia menuturkan, sedimentasi yang tinggi menyebabkan pendangkalan tepian danau. Hal tersebut lalu membuat masyarakat mengokupasi lahan di pinggiran danau.
"Nanti ada prosedurnya, kalau mereka punya sertifikat kami bebaskan, tapi kalau mereka tidak punya sertifikat ada skemanya," kata Adenan.
Sementara itu Wakil Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) John Wempi Wetipo menuturkan, pembanahan Danau Limboto memerlukan partisipasi seluruh pihak, baik pemerintah daerah dan pemerintah pusat.
Untuk itu ia mengajak para kepala daerah untuk bersama-sama menangani penyebab hingga revitalisasi dan pemeliharaan danau ini.
Baca juga: Wamen PUPR Tinjau Sumur Eksplorasi Air Baku di Gorontalo
John menambahkan, jika hal tersebut terwujud, maka Danau Limbooto dapat menjadi pusat wisata dan ikon Gorontalo.
"Jadi kalau Danau Limboto dibenahi dengan baik apalagi yang dikerjakan oleh teman-teman di BWS kami dukung dan pekerjaan secara holistik bisa berjalan. Saya pikir itu akan jadi daya tarik, agar orang tidak hanya kenal Danau Limboto tetapi mengembalikan fungsi sesunguhnya," imbuh John.
Adenan mengungkapkan, BWS Sulawesi II Gorontalo telah bekerja sama dengan Tentara Nasional Indonesia (TNI) selama dua tahun untuk mengeruk sedimentasi dan dan menangani permukiman di sepanjang pinggiran danau.
Menurutnya, penataan danau saat ini dimulai dengan melakukan pengerukan eceng gondok hingga 5 persen dari luas badan air danau.
Kemudian, pihaknya juga melakukan pengerukan material sedimen di danau. Adapun total material yang perlu dikeruk adalah sebesar 40,203 juta meter kubik.