Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Begini Rencana Penataan Kawasan Danau Limboto

Kompas.com - 29/02/2020, 17:00 WIB
Rosiana Haryanti,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

GORONTALO, KOMPAS.com - Danau Limboto merupakan salah satu daya tarik yang ada di Provinsi Gorontalo.

Namun saat ini kondisinya kritis dengan sejumlah permasalahan, seperti rawan banjir, dipadati permukiman warga dan nelayan, hingga pengendapan sedimentasi.

Selain itu, aktivitas keramba jaring apung (KJA) turut memberikan sumbangan terhadap sedimentasi di Danau Limboto.

Di sepanjang danau, terdapat 2.559 unit KJA dengan kebutuhan pakan sekitar 202 ton per hari. Namun dari jumlah tersebut, 10 persen pakan atau sekitar 20 ton per hari mengendap di dasar danau.

Baca juga: Danau Limboto Kritis, Ini Penyebabnya

Kepala Balai Wilayah Sungai (BWS) Sulawesi II Gorontalo Adenan Rasyid mengatakan, permasalahan lain yang menghantui Danau Limboto adalah okupasi lahan atau pendudukan lahan di area tepian danau sebagai imbas dari pertumbuhan penduduk.

"Sekarang akibat sedimentasi yang terbentuk, masyarakat memanfaatkannya. Kami tidak bisa menyalahkannya karena sedimentasi tinggi," ucap Adenan di Gorontalo, Jumat (28/2/2020).

Dia menuturkan, sedimentasi yang tinggi menyebabkan pendangkalan tepian danau. Hal tersebut lalu membuat masyarakat mengokupasi lahan di pinggiran danau.

"Nanti ada prosedurnya, kalau mereka punya sertifikat kami bebaskan, tapi kalau mereka tidak punya sertifikat ada skemanya," kata Adenan.

Sementara itu Wakil Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) John Wempi Wetipo menuturkan, pembanahan Danau Limboto memerlukan partisipasi seluruh pihak, baik pemerintah daerah dan pemerintah pusat.

Untuk itu ia mengajak para kepala daerah untuk bersama-sama menangani penyebab hingga revitalisasi dan pemeliharaan danau ini.

Baca juga: Wamen PUPR Tinjau Sumur Eksplorasi Air Baku di Gorontalo

John menambahkan, jika hal tersebut terwujud, maka Danau Limbooto dapat menjadi pusat wisata dan ikon Gorontalo.

"Jadi kalau Danau Limboto dibenahi dengan baik apalagi yang dikerjakan oleh teman-teman di BWS kami dukung dan pekerjaan secara holistik bisa berjalan. Saya pikir itu akan jadi daya tarik, agar orang tidak hanya kenal Danau Limboto tetapi mengembalikan fungsi sesunguhnya," imbuh John.

Penanganan sedimentasi di Danau LimbotoKOMPAS.com/ROSIANA HARYANTI Penanganan sedimentasi di Danau Limboto
Rencana penataan Danau Limboto

Adenan mengungkapkan, BWS Sulawesi II Gorontalo telah bekerja sama dengan Tentara Nasional Indonesia (TNI) selama dua tahun untuk mengeruk sedimentasi dan dan menangani permukiman di sepanjang pinggiran danau.

Menurutnya, penataan danau saat ini dimulai dengan melakukan pengerukan eceng gondok hingga 5 persen dari luas badan air danau.

Kemudian, pihaknya juga melakukan pengerukan material sedimen di danau. Adapun total material yang perlu dikeruk adalah sebesar 40,203 juta meter kubik.

Nantinya, danau tersebut akan terbagi peruntukannya. Adenan mengatakan akan ada kawasan khusus yang difungsikan untuk ekowisata, ruang terbuka hijau, pulau burung, serta kawasan konservasi ekosistem danau.

Pada bagian danau yang difungsikan sebagaai ekowisata, pengerukan dilakukan di area seluas 1.284 hektar hingga elevasinya mencapai lebih dari 1,5 meter. Material yang harus dikeruk sebanyak 31,25 juta meter kubik.

Kemudian di wilayah pengerukan kedua yang berada dalam zona perlindungan, atau pada kedalaman lebih dari 1 meter, dilakukan pengerukan dengan mengangkat 6,85 juta meter kubik material di area seluas 1.132 hektar.

Selanjutnya, hasil pengerukan itu dibuang di pulau konservasi burung dengan luasan mencapai 20 hektar. Area itu nantinya dapat menampung timbunan dengan volume 1 juta meter kubik.

Selain pulau konservasi, akan ada pulau kuliner yang akan dibuat dengan bahan timbunan dari danau seluas 10 hektar. Area ini dapat menampung timbunan dengan volume 500.000 meter kubik.

Tak hanya itu, material hasil pengerukan juga akan dibuang di sepanjang wilayah sempadan danau yang dapat menampung timbunan hingga 30,09 juta meter kubik.

Adenan menambahkan, BWS Sulawesi II juga merekomendasikan pelarangan terhadap sistem perikanan jaring apung serta pembuatan tanggul di bagian barat dan utara.

Tak kalah penting, revitalisasi danau juga membutuhkan peran pemerintah daerah untuk merehabilitasi lahan kritis, pengembangan drainase irigasi dan limbah, pembangunan sumur resapan biopori, serta mengatur pola tanam.

Seperti diketahui, saat ini terdapat alih fungsi lahan dari pertanian ramah lingkungan menjadi area penanaman jagung.

Dengan demikian, limpahan air yang bermuara ke Danau Limboto tidak membawa serta sedimentasi.

Adapun proses pengerjaan revitalisasi ini akan terus dilakukan hingga tahun 2025.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau