Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berita Penting: Tarif Tol hingga "Nongkrong" Gratis di Starbucks

Kompas.com - 21/05/2018, 09:00 WIB
Erwin Hutapea,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

Wibowo mengatakan, pihaknya masih kesulitan untuk mencari lahan pengganti area makam itu.

Sejauh ini, kata dia, dari tiga bidang yang dijadikan target lahan pengganti, baru dua bidang yang telah dibebaskan.

Baca berita selengkapnya di sini: Selain Masjid, Makam Ini Juga Berada di Tengah Tol Batang-Semarang

3. Tamu boleh masuk ke Starbucks tanpa belanja

Peritel kopi global Starbucks mengeluarkan kebijakan baru. Semua masyarakat boleh duduk di tokonya, meski tak belanja apa-apa.

Kabar populis tersebut muncul setelah Starbucks berulang kali tersandung kasus bernuansa suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA).

Terkait berulangnya kasus SARA di tokonya, Starbucks telah mengeluarkan surat edaran resmi pada Sabtu (19/5/2018) yang berisi panduan baku terhadap tamu. Hal itu dilakukan agar toko Starbucks menjadi inklusif bagi semua golongan.

Sebagaimana dilaporkan Wall Street Journal, surat itu berbunyi, "Setiap orang yang datang ke area Starbucks, termasuk wilayah luar ruang dan toilet, adalah tamu. Tanpa perlu mempertimbangkan mereka membeli sesuatu atau tidak".

Peraturan baru itu diharapkan mencegah kasus SARA terjadi lagi di dalam Starbucks.

Baca berita selengkapnya di sini: Resmi, Starbucks Bolehkan Tamu Nongkrong Tanpa Belanja

4. Terulangnya kasus SARA di Starbucks

Peritel kopi kelas global, Starbucks, kembali tergulung insiden bernuansa rasial. Kasus itu menambah panjang daftar nestapa Starbucks.

Toko yang selayaknya menjadi lumbung pundi-pundi bagi Starbucks malah menjadi ladang penebar isu suku, agama, ras, dan antargolongan ( SARA) oleh oknum karyawannya.

Sebagaimana diwartakan Daily Mail, Kamis (17/5/2018), seorang barista Starbucks di La Canada, California, Amerika Serikat, mencetak kertas dengan pesan bernuansa rasial kepada tamu asal Meksiko.

Gelas plastik dan karton StarbucksShutterstock Gelas plastik dan karton Starbucks
Bukannya menulis dengan tepat nama tamu tersebut, sang pelayan justru menulis istilah yang mempertentangkan kemajemukan.

Tamu itu, yang diketahui bernama Pedro, merasa telah menyebut namanya dengan benar dan jelas kepada oknum Starbucks.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau