Alhasil, sejak saat itu, Kawasan Bekasi menjadi sentra pengembangan mixed use development berbasis TOD.
Sebagaimana dikatakan Senior Advisor Research Knight Frank Indonesia Syarifah Syaukat kepada Kompas.com.
Menurutnya, konsep mixed use, terlebih yang dirancang dengan basis TOD adalah kebutuhan yang terus tumbuh.
"Mixed use menjadi salah satu alternatif penyediaan fasilitas perkotaan, seperti perumahan, dan komersial di atas lahan yang sama," kata Sarie, sapaan akrabnya.
Untuk Bekasi, imbuh dia, mixed use menjadi pilihan yang logis untuk dikembangkan memusat ke tengah kota, sebagai paduan dari fungsi komersial dan perumahan.
Integrasi pemanfaatan ruang ini dipilih di antaranya sebagai strategi menyiasati tingginya harga lahan di tengah kota.
Saat ini, harga lahan perumahan di Sumamrecon Bekasi sudah menembus angka sekitar Rp 15 juta per meter persegi, sementara untuk lahan komersial sekitar Rp 25 juta hingga Rp 30 juta per meter persegi.
Sementara harga propertinya melejit 240 persen dalam satu dekade atau sekitar 22 persen per tahun.
Ke depan, menurut Albert, perusahaan akan terus melakukan penyesuaian atau adaptasi dengan produk-produk tak sekadar ramah lingkungan, dan berkelanjutan, tetapi juga memenuhi unsur kesehatan, wellbeing, dengan fleksibilitas tinggi.
Baca juga: Underpass Simpang Bulak Kapal Bekasi Ditargetkan Tuntas Maret 2022
Inovasi mutlak diperlukan, karena kebutuhan pasar terus berubah, terlebih saat Pandemi Covid-19.
"Produk seperti Magenta Residence, sebagai klaster baru di Summarecon Bekasi kami rilis untuk para pencari rumah dengan patokan kriteria tersebut," jelas Albert.