Investasi dari pengembang properti melalui proyek-proyek perumahan, kawasan industri, perhotelan, dan mixed use development masih tercatat sebagai yang tertinggi dan mendominasi.
Di kawasan Bekasi, misalnya. Dinas Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota dan Kabupaten Bekasi mencatat, investasi di sektor properti lebih dari 30 persen dari total realisasi investasi sepanjang 2020 dengan nilai masing-masing Rp 6,6 triliun dan Rp 37,323 triliun.
Pengembangan properti ini sejalan dengan percepatan pembangunan megainfrastruktur PSN seperti Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB), Light Rail Transit (LRT) Jabodebek, Tol Jakarta-Cikampek II Selatan, Tol Cimanggis-Cibitung, dan Tol Tol Cibitung-Cilincing.
Para pengembang berlomba menampilkan karya dan produk properti yang sesuai dengan dinamika dan kebutuhan pasar.
Mereka percaya, pembangunan megainfrastruktur ini menstimulasi aktivitas ekonomi lainnya yang pada gilirannya menumbuhkan kebutuhan-kebutuhan akan rumah, ruang komersial, perkantoran, pusat belanja, fasilitas kesehatan, fasilitas pendidikan, dan lain-lain.
Bukan sekadar produk properti, tentu saja, ada ciri khas dan karakter yang diusung, dan diupayakan terus relevan dengan kekinian.
PT Summarecon Agung Tbk, contohnya. Pengembang yang dirintis oleh Soetjipto Nagaria ini setia pada inovasi dan kreativitas agar produk properti yang dibangun bisa menjawab kebutuhan riil pasar melalui Summarecon Bekasi seluas 270 hektar.
Dengan demikian, tak ada cerita proyek mangkrak, atau pun proyek tak terjual karena melesetnya kalkulasi antara proyeksi penawaran (supply) dan realita permintaan (real demand).
Strategi menyeimbangkan (equilibrium) antara permintaan dan penawaran ini direfleksikan ke dalam konsep pengembangan yang terus mengalami pembaruan-pembaruan dan disesuikan dengan konteks peradaban.
Executive Director PT Summarecon Agung Tbk Albert Luhur menuturkan, sejak diperkenalkan dan resmi dibuka pada tahun 2010, Summarecon Bekasi menjadi daya tarik bagi para pencari rumah maupun investor.
"Perkembangan kawasan dan fasilitas dibuat untuk memenuhi kebutuhan pasar," ujar Albert dalam konferensi virtual, Senin (05/04/2021).
Salah satu inovasi yang diimplementasikan dalam rangka pemenuhan komitmen pengembang melahirkan perumahan terpadu adalah pengembangan berwawasan lingkungan, dan berkelanjutan dalam sebuah tatanan kota yang modern.
"Kami memiliki komitmen menghadirkan produk terbaik yang dapat memberikan dampak positif bagi lingkungan sekitarnya," tutur Albert.
Mudah ditemui ketika acara Hari Bebas Kendaraan atau car free day (CFD), taman-taman dan tengara Summarecon Bekasi diramaikan pegiat olahraga, pesepeda, maupun komunitas-komunitas.
Mereka mengabadikan momen CFD di danau, monumen piramida terbalik, fly over KH Noer Ali, atau financial district yang sarat gedung-gedung tinggi, misalnya, sebagai ekspresi untuk merayakan kehidupan yang seimbang, harmonis, dan juga menggembirakan.
Tak dimungkiri, upaya Summarecon Agung menghadirkan Summarecon Bekasi dinilai ikut memengaruhi konstelasi sektor properti secara khusus, dan juga wajah perkotaan Bekasi secara umum.
Transit Oriented Development
Sebagai kota terpadu, Summarecon Agung juga melengkapi Summarecon Terbaru dengan tambahan fitur halte Bus Transjakarta yang resmi beroperasi Rabu (16/11/2016).
Halte yang berlokasi di dekat area Bekasi Food City (BFC) ini merupakan pemberhentian awal dan terakhir di Kota Bekasi khusus rute dari dan menuju Hotel Indonesia dan Tanjung Priok.
Diresmikannya fasilitas ini merupakan pemenuhan syarat mutlak pembangunan kota terpadu berbasis transit oriented development (TOD).
Summarecon Agung menyadari, sebagai pengembang harus mampu melayani segala kebutuhan para penghuni dan masyarakat yang melakukan aktivitas di dalamnya.
Menurut data Dinas Perhubungan Kota Bekasi setidaknya 60 persen masyarakat Bekasi yang melakukan perjalanan pergi dan pulang ke Kota Jakarta setiap harinya.
Ini artinya sekitar 1,4 juta jiwa dari total penduduk Bekasi sebanyak 2,5 juta jiwa yang menjadi penglaju.
Tercatat, tepat dua tahun setelah operasionalisasi Halte Bus Transjakarta ini, penjualan Summarecon Bekasi melonjak dan berkontribusi 28 persen terhadap total marketing sales Summarecon Agung pada Kuartal III-2018 sebesar Rp 2,2 triliun.
Persentase ini lebih tinggi ketimbang periode yang sama tahun 2017 yang hanya menyumbang 12 persen dari total marketing sales perseroan Rp 2 triliun.
Angka itu terus meningkat pada periode yang sama Tahun 2019 terhadap total marketing sales Rp 3,4 triliun.
Tentu saja, torehan pundi-pundi dan upaya-upaya yang dihadirkan pengembang dengan kapitalisasi pasar Rp 14,14 triliun ini menggoda kompetitor lain berkompetisi membuat hal serupa.
Alhasil, sejak saat itu, Kawasan Bekasi menjadi sentra pengembangan mixed use development berbasis TOD.
Sebagaimana dikatakan Senior Advisor Research Knight Frank Indonesia Syarifah Syaukat kepada Kompas.com.
Menurutnya, konsep mixed use, terlebih yang dirancang dengan basis TOD adalah kebutuhan yang terus tumbuh.
"Mixed use menjadi salah satu alternatif penyediaan fasilitas perkotaan, seperti perumahan, dan komersial di atas lahan yang sama," kata Sarie, sapaan akrabnya.
Untuk Bekasi, imbuh dia, mixed use menjadi pilihan yang logis untuk dikembangkan memusat ke tengah kota, sebagai paduan dari fungsi komersial dan perumahan.
Integrasi pemanfaatan ruang ini dipilih di antaranya sebagai strategi menyiasati tingginya harga lahan di tengah kota.
Sementara harga propertinya melejit 240 persen dalam satu dekade atau sekitar 22 persen per tahun.
Inovasi
Ke depan, menurut Albert, perusahaan akan terus melakukan penyesuaian atau adaptasi dengan produk-produk tak sekadar ramah lingkungan, dan berkelanjutan, tetapi juga memenuhi unsur kesehatan, wellbeing, dengan fleksibilitas tinggi.
Inovasi mutlak diperlukan, karena kebutuhan pasar terus berubah, terlebih saat Pandemi Covid-19.
"Produk seperti Magenta Residence, sebagai klaster baru di Summarecon Bekasi kami rilis untuk para pencari rumah dengan patokan kriteria tersebut," jelas Albert.
https://properti.kompas.com/read/2021/04/10/214645021/kontribusi-pengembang-properti-terhadap-transformasi-bekasi