JAKARTA, KOMPAS.com - "An advanced city is not a place where the poor move about in cars, rather it's where even the rich use public transportation".
Anda mungkin familiar dengan ungkapan yang dilontarkan Enrique Peñalosa ini. Dia merupakan Wali Kota Bogotá, Kolombia, kurun 1998-2001.
Menurutnya, indikator kemajuan sebuah kota bukan semata terletak pada kehidupan ekonomi, melainkan juga transportasi publik yang mudah diakses oleh semua kalangan dengan aman, dan nyaman.
Nah, Jakarta sebagai barometer kota-kota di Indonesia, seyogianya mencontohkan pengembangan sistem transportasi publik yang tidak hanya aman dan nyaman, juga terintegrasi satu sama lain.
Baca juga: FDTJ Pembuat Signage dan Wayfinding di 4 Stasiun Terpadu Jakarta
Sistem bus rapid transit (BRT) harus diintegrasikan secara terpadu dengan sistem light rail transit (LRT), commuter line (CL), mass rapid transit (MRT), maupun kereta jarak jauh.
Selama ini, untuk menjangkau satu destinasi saja masih dirasa cukup sulit karena terkendala berbagai faktor.
Seperti yang dialami eksekutif muda, Anantara Yogatama, yang tinggal di Cibubur Country, Cikeas, Kabupaten Bogor, kepada Kompas.com, Minggu (25/10/2020).
"Saya tidak pernah percaya diri, meski setiap hari ulang-alik ke Jakarta. Saya selalu bertanya pada kawan, setelah naik Transjakarta Cibubur-Cawang, lantas naik apalagi untuk sampai di tempat meeting dengan klien yang berbeda-beda," ujar Anantara.
Karena informasi yang dirasanya minim itulah, Anantara kemudian kembali beralih menggunakan kendaraan pribadi.
"Kalau pun bertanya kepada petugas Transjakarta, seringkali mendapat jawaban yang tidak tepat. Alih-alih sampai di tempat tujuan, justru tersasar dan menjauh," imbuh dia.
Jika Anantara yang warga negara Indonesia (WNI) saja masih kerap menemui kesulitan, bagaimana dengan turis mancanegara yang berkunjung ke Jakarta?
Termotivasi untuk memberikan informasi komprehensif mengenai sistem transportasi publik yang mudah diakses dan tepat guna inilah, Forum Diskusi Transportasi Jakarta (FDT) merancang sebuah peta.
Peta ini dinamakan Peta Integrasi Transportasi Umum Jakarta yang dapat diunduh melalui tautan berikut ini: Public Transportation Map.
Peta jaringan transportasi umum Jakarta ini dilengkapi dengan informasi mengenai kawasan aglomerasinya yaitu Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi.
Co-founder FDTJ Adriansyah Yasin Sulaeman menuturkan, pembuatan Peta Integrasi Transportasi Umum Jakarta ini mendapat dukungan dari berbagai pihak, terutama otoritas terkait transportasi di wilayah Provinsi DKI Jakarta, seperti PT Jaklingko Indonesia, PT MRT Jakarta, PT Transportasi Jakarta, dan PT LRT Jakarta.
"Dari total ratusan rute, FDTJ memilihanya menjadi 200 rute-rute utama yang memiliki bangkitan atau pergerakan orang terbanyak," ungkap Yasin.
Peta ini juga bisa ditemui di semua halte TransJakarta, Stasiun MRT, Stasiun CL Cikini, dan titik-titik strategis lainnya.
Yasin bercerita, peta ini dirancang sesederhana mungkin agar mudah dimengerti semua kalangan.
"Nggak cuma warga kita, juga turis asing. Ini kami buat untuk memudahkan mereka dari dan menuju Bandara Internasional Soekarno-Hatta, misalnya, ke Museum Fatahilah, atau ke hotel-hotel tempat mereka menginap," ungkap Yasin.
Terdapat beberapa fitur yang bertujuan memperjelas informasi tentang rute atau pemberhentian serta lingkungan sekitar.
Fitur tersebut di antaranya :
1. Tampilan dengan warna yang lebih halus, dan memanjakan mata jika dilihat lebih lama.
2. Rute hari kerja, rute hari libur, perpendekan rute pada saat car free day (CFD) dan rute waktu khusus.
3. Jalur kereta Commuter Line lengkap dengan pola integrasinya dengan stasiun bus rapid transit (BRT) Transjakarta terdekat.
4. Informasi perpindahan moda dengan berjalan kaki lengkap dengan prediksi waktu tempuh yang dilengkapi dengan landmark seperti taman kota, waduk, dan landasan pacu bandara.
5. Transportasi berbasis rel skytrain dari/ke serta di bandara.
6. Notasi pemberhentian bus yang lebih terperinci, dan mudah untuk dimengerti.
7. Metode pencarian dengan bantuan grid, membantu pembaca peta untuk mempercepat pencarian pemberhentian awal atau akhir rute.
Peta Integrasi Transportasi Umum Jakarta ini merupakan pengembangan dari peta serupa yang dibuat untuk perhelatan Asian Games 2018.
Saat itu, menurut Yasin, masyarakat sangat terbantu dengan adanya peta ini. Hanya dengan dana Rp 30 juta, FDT mampu menghasilkan peta yang bisa dimanfaatkan oleh para pengunjung venue-venue olahraga yang berasal dari berbagai kota.
"Ke depan, kami akan membuka donasi untuk revisi dan aktualitas peta integrasi ini. Kami akan membuat peta fisik juga sebanyak lebih kurang 30.000 eksemplar dan akan dibagikan gratis," tuntas Yasin.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.