Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Lapak Montreal-Toronto-Kyoto", Jaring Pengaman Ekonomi Warga Saat Pandemi

Kompas.com - 23/09/2020, 07:00 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Setiap krisis selalu melahirkan peluang dan kesempatan bagi mereka yang kreatif dan memiliki semangat serta optimisme untuk tetap bertahan melanjutkan hidup dan kehidupan.

Alih-alih mengharapkan subsidi Pemerintah melalui program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) dengan skema Padat Karya Tunai (PKT), warga Perumahan Kota Wisata, Cibubur-Cileungsi justru menginisiasi jaring pengaman ekonomi skala mikro.

Jaring pengaman ekonomi skala mikro ini disebut Lapak YA/YB/YC-Kyoto sesuai nama tiga klaster yang berada di Perumahan Kota Wisata, yakni Montreal, Toronto, dan Kyoto.

Selain untuk menjalin komunikasi dan silaturahim antar-warga agar lebih guyub, Lapak YA/YB/YC-Kyoto ini dibentuk untuk mengembangkan potensi demi mempertahankan roda ekonomi agar terus berputar.

Baca juga: Anggaran Program Padat Karya Tunai 2021 Jadi Rp 18,14 Triliun

Ketua Paguyuban Montreal yang juga inisator, Yedi, menuturkan Lapak YA/YB/YC-Kyoto ini dibentuk pada Bulan Juni 2020.

"Awalnya hanya untuk warga satu klaster, Montreal YA. Namun, seiring berjalannya waktu, ada kebutuhan untuk mengembangkan usaha. Akhirnya pengurus berinisiatif mengundang warga klaster Toronto dan Kyoto," ujar Yedi menjawab Kompas.com, Selasa (22/9/2020) malam.

Kebutuhan untuk mengembangkan usaha ini sejalan dengan meningkatnya permintaan. Seperti diketahui, ada banyak warga dari tiga klaster ini bekerja dan sekolah di Jakarta secara ulang alik.

Korean Garlic Cheese Bread yang ditawarkan di Lapak YA/YB/YC-Kyotohandsout Korean Garlic Cheese Bread yang ditawarkan di Lapak YA/YB/YC-Kyoto
Namun, karena Pemerintah Provinsi DKI Jakarta kembali memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), sebagian karyawan, pelajar, dan mahasiswa kemudian harus bekerja dan belajar dari rumah.

"Banyak warga yang ingin memenuhi kebutuhannya tanpa harus keluar rumah. Ini yang kami fasilitasi," imbuh Yedi.

Hingga saat ini, ada 257 warga yang tergabung dalam lapak, baik sebagai penjual maupun pembeli. Mereka berinteraksi secara aktif sejak pukul 05.00 WIB sampai dini hari.

Beragam produk ditawarkan dengan harga serentang Rp 1.000 hingga jutaan rupiah. 

Mulai dari sembako, makanan, peralatan dapur, perlengkapan hobi, masker, perangkat belajar, jasa desain grafis, jasa konstruksi, hingga kursus bahasa Inggris dan make up wajah.

Baca juga: Sinarmas Land Tawarkan Rumah dengan Cicilan DP Rp 324.000 Per Hari

Segala macam kebutuhan tersedia di lapak ini, mirip marketplace. Jika Anda membutuhkan sarapan pagi, ada banyak menu seperti nasi uduk, lontong sayur, pecel, rempeyek dan roti kekinian dari Korea.

Bahkan, bila Anda pesepeda, lapak ini juga menyediakan sepeda lengkap dengan pegangan torch, dan tasnya.

Menariknya, seluruh aktivitas lapak dilakukan dengan mengikuti protokol kesehatan yang ketat.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau