Alih-alih mengharapkan subsidi Pemerintah melalui program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) dengan skema Padat Karya Tunai (PKT), warga Perumahan Kota Wisata, Cibubur-Cileungsi justru menginisiasi jaring pengaman ekonomi skala mikro.
Jaring pengaman ekonomi skala mikro ini disebut Lapak YA/YB/YC-Kyoto sesuai nama tiga klaster yang berada di Perumahan Kota Wisata, yakni Montreal, Toronto, dan Kyoto.
Selain untuk menjalin komunikasi dan silaturahim antar-warga agar lebih guyub, Lapak YA/YB/YC-Kyoto ini dibentuk untuk mengembangkan potensi demi mempertahankan roda ekonomi agar terus berputar.
Ketua Paguyuban Montreal yang juga inisator, Yedi, menuturkan Lapak YA/YB/YC-Kyoto ini dibentuk pada Bulan Juni 2020.
"Awalnya hanya untuk warga satu klaster, Montreal YA. Namun, seiring berjalannya waktu, ada kebutuhan untuk mengembangkan usaha. Akhirnya pengurus berinisiatif mengundang warga klaster Toronto dan Kyoto," ujar Yedi menjawab Kompas.com, Selasa (22/9/2020) malam.
Kebutuhan untuk mengembangkan usaha ini sejalan dengan meningkatnya permintaan. Seperti diketahui, ada banyak warga dari tiga klaster ini bekerja dan sekolah di Jakarta secara ulang alik.
"Banyak warga yang ingin memenuhi kebutuhannya tanpa harus keluar rumah. Ini yang kami fasilitasi," imbuh Yedi.
Hingga saat ini, ada 257 warga yang tergabung dalam lapak, baik sebagai penjual maupun pembeli. Mereka berinteraksi secara aktif sejak pukul 05.00 WIB sampai dini hari.
Beragam produk ditawarkan dengan harga serentang Rp 1.000 hingga jutaan rupiah.
Mulai dari sembako, makanan, peralatan dapur, perlengkapan hobi, masker, perangkat belajar, jasa desain grafis, jasa konstruksi, hingga kursus bahasa Inggris dan make up wajah.
Segala macam kebutuhan tersedia di lapak ini, mirip marketplace. Jika Anda membutuhkan sarapan pagi, ada banyak menu seperti nasi uduk, lontong sayur, pecel, rempeyek dan roti kekinian dari Korea.
Bahkan, bila Anda pesepeda, lapak ini juga menyediakan sepeda lengkap dengan pegangan torch, dan tasnya.
Menariknya, seluruh aktivitas lapak dilakukan dengan mengikuti protokol kesehatan yang ketat.
Pemasaran, pemesanan, hingga transaksi, dilakukan secara daring melalui grup percakapan whatsapp untuk menghindari kontak fisik.
Bahkan, ketika barang pesanan diantar pun, penjual diharuskan mengenakan masker.
Warga merasa terbantu dengan kehadiran lapak ini. Tak hanya dapat membantu perekonomian sesama warga, lebih lagi, memperluas relasi sosial.
"Lapaknya seru, bikin pengen jajan terus," ujar Mugie Prilasari.
Sebagaimana dikatakan Yessi, bahwa dengan ikut berjualan di lapak, customer-nya bertambah, dan omzet naik.
"Alhamdulillah kenalan juga bertambah, dan jajan nggak perlu ke mana-mana. Semua ada," kata Yessi yang menjual aneka kudapan pencuci mulut.
Ke depan, pengurus Lapak YA/YB/YC-Kyoto akan menerbitkan buku saku yang dibagikan di seluruh Perumahan Kota Wisata.
Menanggapi inisiasi tersebut, Residential National Division Head Sinarmas Land Iman Gunawan akan mendukung apa pun upaya positif warga untuk menggerakkan perekonomian di sekitar Perumahan Kota Wisata.
"Potensi pasarnya luar biasa besar. Di seluruh Kota Wisata saja terdapat 15.000 kepala keluarga (KK) yang mendiami 47 klaster. Sedangkan di kawasan yang berdekatan, yakni Legenda Wisata, dihuni 5.000 KK dalam 22 klaster," jelas Iman.
Jika langkah positif ini terus bergerak dan berdampak ganda (multiplier effect), akan menjadi inspirasi bagi perumahan lain demi pemulihan ekonomi.
Sebagai bentuk dukungan kepada Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), Sinarmas Land juga akan menggelar Pasar Rakyat School.
Program edukasi ini diperuntukkan bagi pedagang dan warga penghuni yang berdagang di Fresh Market Kota Wisata maupun Pasar Modern BSD City dan perumahan lainnya yang dikembangkan Sinarmas Land.
https://properti.kompas.com/read/2020/09/23/070000321/lapak-montreal-toronto-kyoto-jaring-pengaman-ekonomi-warga-saat-pandemi