Dia adalah salah satu pahlawan Amerika Serika pada Perang Dunia II yang bernama lengkap Kapten Edward Buch O’Hare.
Untuk mengenang jasanya, Chicago City Council mengabadikan namanya pada bandara ini menjadi O’Hare International Airport.
Menurut Ridwan, konsep peletakan masa bangunan dari rancangan bandara tersebut tidak berada di tanah secara langsung sebagaimana yang ada saat ini.
Akan tetapi dirancang di atas bukit, membentang ke bukit lainnya sehingga area bawah bisa digunakan untuk fungsi yang lebih cenderung kepada keberlanjutan lingkungan dan bumi.
"Ide besar tersebut memperhatikan aspek visi kota urbs in orto, bagaimana membuat kota lebih ekologis dengan konsep taman," terang Ridwan kepada Kompas.com, Sabtu (19/9/2020).
Dia melanjutkan, area bawah dirancang untuk hutan buatan guna merekayasa iklim mikro kawasan beserta ekosistemnya ditambah sebuah pusat penelitian hutan.
Hal ini karena jumlah lahan untuk ruang terbuka hijau (RTH) sebagai pemasok oksigen kini terus terkikis oleh kebutuhan bangunan, jalan dan infrastruktur lainnya.
"Nah, hutan buatan tersebut untuk mengusahakan agar ekosistem bisa terus terjaga keseimbangannya," imbuh Ridwan.
Baca juga: Gedung KKP Sabet Juara Pertama ASEAN Energy Awards 2019
Skenario urbanisasi yang terus meningkat menjadi pertimbangan mengapa bandara masa depan harus mewadahi pesawat Vertical Take Off and Landing (VTOL).
Di dalam gedung sendiri RIE menggunakan moda transportasi hyperloop untuk mengoneksikan empat zona yang berada di dalam terminal.
Dalam rancangan RIE, bandara bukan sekadar pusat transportasi dengan volume lalu lintas udara sangat tinggi, melainkan juga tempat kerja, pusat perdagangan, rekreatif, dan tempat pertukaran kebudayaan yang merupakan gerbang dunia menuju Amerika.
Dari segi teknis kami mengusung teknologi mutakhir dengan nano tech, kecerdasan buatan, dan energi terbarukan untuk mendukung bumi yang lebih ramah lingkungan.
Secara pribadi, Ridwan menyukai isu publik arsitektur, keberlanjutan, dan teknologi. Sejak mahasiswa tahun ke-3, dia sudah memiliki niat mengikuti kompetisi Fentress Global Challenge.
"Ini adalah kompetisi internasional kedua yang RIE ikuti. Pertama kompetisi internasional di Singapore yang berfokus pada tropical architecture dan sustainability. RIE menjadi yang terbaik," ungkap Ridwan.