JAKARTA, KOMPAS.com - Dampak Pandemi Covid-19 beragam terhadap industri properti. Secara umum, sektor perhotelan dan pusat perbelanjaan kterhantam paling keras, karena aktivitas dan perjalanan dibatasi.
Hal ini menyusul pemberlakuan dua tahap dari Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Jakarta, dan penerapan jam malam di kota-kota penyangga Jakarta.
Sementara untuk sektor perkantoran, para pengembang dan pengelola terus mengupayakan negosiasi dengan penyewa eksisting dengan tawaran harga sewa kompetitif dan diskon, untuk mempertahankan tingkat hunian dan menutup ongkos operasional.
Namun, di balik krisis kesehatan, sebagaimana halnya krisis-krisis lain yang terjadi sebelumnya, selalu ada terobosan, peluang, kebutuhan, dan tren baru yang dimanfaatkan pengembang.
Menurut Director Research Consultancy Savills Indonesia Anton Sitorus, tren ke depan untuk sektor perkantoran lebih mengarah ke flexible office untuk mengakomodasi kebutuhan perusahaan yang menerapkan sistem kerja dari rumah atau work from home.
Baca juga: Tak Hanya Jakarta, Perkantoran Asia Pasifik Anjlok 56 Persen
Namun begitu, tidak semua perusahaan memiliki kemampuan untuk menyediakan infrastruktur demi mendukung kelancaran WFH bagi karyawannya.
Oleh karena itu, opsi berkantor di coworking space akan dipertimbangkan. Tren ruang kerja bersama ini bakal mengalami akselerasi.
Seiring dengan pemanfaatkan teknologi informasi dan juga digitalisasi, terutama untuk perusahaan yang berbasis jasa.
"Kebutuhan flexible office dan coworking space meningkat. Para operator dan pengembang ruang kerja bersama ini akan melakukan penyesuaian terhadap tren baru," kata Anton menjawab Kompas.com, Kamis (17/9/2020).
Penyesuaian ini dilakukan agar ruang-ruang yang ditawarkan lebih nyaman, aman, dan higienis sesuai dengan kebutuhan akan kesehatan selama ataupun pasca Pandemi Covid-19.
Dalam catatan Savills Indonesia, hingga Semester I-2020, terdapat 200 operator coworking space. Sebanyak 90 persen atau 180 di antaranya berada di Jakarta.
Berdasarkan lokasi, sebagian besar atau 64 persen ruang kerja bersama berada di area Central Business District (CBD).
Baca juga: Sektor Perkantoran Jakarta Merana, Serapan Negatif, Harga Sewa Turun
Sementara di area non-CBD, Jakarta Selatan memiliki pasokan ruang kerja dengan porsi terbesar yakni 18 persen dan diikuti oleh Jakarta Pusat sebanyak 7 persen.
Kemudian Jakarta Utara dengan persentase sebanyak 6 persen serta Jakarta Barat sebanyak 5 persen. Pasokan di Jakarta Timur paling sedikit dibandingkan dengan lokasi lain.
Selama semester I-2020, pasar coworking space Jakarta hanya mengalami sedikit penambahan ruang baru, yakni sebanyak 15.000 meter persegi.