When written in Chinese, the word “crisis” is composed of two characters. One represents danger and the other represents opportunity
John Fitzgerald Kennedy.
KRISIS bisnis yang diakibatkan oleh Pandemi Covid-19 kini telah kasat mata. Menurut data resmi yang disampaikan Menteri Tenaga Kerja Ida Fauziyah pada 22 April, sebanyak 84.926 perusahaan sektor formal telah merumahkan 1,5 juta orang karyawannya.
Sementara di sektor informal, jumlahnya mencapai 31.000 lebih usaha yang terpaksa merumahkan 538.000 orang pegawainya.
Total pada April lalu saja, terdapat 116.000 bisnis dan 2 juta pegawai terdampak pandemi Covid-19.
Dampak pandemi Covid-19 memang di luar imajinasi paling liar sekali pun. Bahkan, seorang ekonom Tanah Air menyebut krisis ini adalah krisis tersulit sepanjang sejarah Indonesia merdeka.
Pasalnya, ketika krisis moneter 1998 meletus, sektor Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) mampu menjadi poros penyerap tenaga kerja. Namun kali ini, bahkan UMKM turut mati suri akibat pandemi.
Meski demikian, situasi tidak akan selamanya kelam. Pasti, akan selalu ada cahaya di ujung lorong krisis yang paling gelap sekalipun.
Salah satu indikasinya, walaupun tahun ini ekonomi Indonesia diprediksi anjlok, seirama dengan perekonomian global, namun sejumlah pihak telah memaparkan prediksi perbaikan ekonomi tahun depan.
Kementerian Keuangan Indonesia, Asian Development Bank (ADB), hingga Dana Moneter Internasional (IMF), memprediksi ekonomi Indonesia akan tumbuh di atas 5 persen pada 2021.
Ini tentu sebuah harapan yang harus siap disongsong oleh para pebisnis Tanah Air. Dan hanya mereka yang bersiap sejak dini yang akan mampu menangkap peluang tersebut.
Saat ini pun kita mulai bisa melihat pendar cahaya harapan yang dipancarkan oleh barisan sosok-sosok pebisnis tangguh nan kreatif di seantero Indonesia.
Sebagai contoh, dari kawasan magnet pariwisata terdekat Jakarta, Kota Bandung, Jawa Barat, hotel bintang lima Grand Preanger mengalihkan puluhan unit kamar mereka untuk para pejuang garda depan melawan pandemi Covid-19.
Demikian halnya di Kota Malang, Jawa Timur, sejumlah hotel menawarkan paket isolasi mandiri untuk mereka yang berstatus orang dalam pemantauan (ODP) dengan harga yang jauh di bawah tarif normal.
Tak terhitung juga para pengusaha dari berbagai sektor lainnya yang banting setir habis-habisan agar bisnisnya tetap bertahan, demi menghidupi para karyawannya.