Angka ini menurun signifikan 16 persen dari periode yang sama tahun lalu, atau merosot 30 persen dibandingkan dengan Januari 2020.
Bagaimana dengan catatan bulan Maret? Meskipun belum ada data komprehensif, namun sudah dapat ditebak, akan lebih buruk.
Hal ini karena banyak pengelola hotel yang memutuskan untuk menyetop sementara operasionalnya.
Ditambah lagi, pemerintah Indonesia secara resmi telah menutup rute penerbangan dari dan menuju China sejak awal Februari, yang berarti Bali kehilangan pasar terbesarnya.
Data Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menunjukkan bahwa potensi kerugian dari dampak wabah SARS-CoV-2 terhadap sektor pariwisata Bali sekitar Rp 2,7 triliun per bulan, selama dua bulan pertama tahun 2020.
Di sisi lain, dampak penghentian penerbangan dari dan menuju China membawa peningkatan kecil dalam jumlah wisatawan asing lainnya ke Bali.
Dus, karena kondisi yang semakin mengkhawatirkan, pada awal April, pemerintah menetapkan larangan kunjungan atau transit bagi Warga Negara Asing (WNA), kecuali untuk sejumlah orang asing dengan kriteria yang ditetapkan.
Hal ini tercantum dalam Peraturan Menteri Hukum dan HAM (Permenkumham) Nomor 11 Tahun 2020 tentang larangan sementara orang asing yang memasuki dan transit di wilayah Republik Indonesia.
Ini berarti tidak ada wisatawan yang bisa datang ke Bali selama beberapa bulan. Padahal, wisatawan asing adalah pasar besar karena dalam tiga tahun terakhir, 5.000.000 turis mancanegara mengunjungi Bali per tahun.
Baca juga: Daftar Hotel yang Tutup Sementara Akibat Pandemi Corona
Penurunan penerbangan domestik juga berkontribusi terhadap melandainya pasar Bali. Meskipun, koreksi signifikan dalam matriks average occupancy rate (AOR) atau tingkat hunian telah terjadi sebesar 20 persen sejak Januari-Februari, pola okupansi selama periode ini masih sejalan dengan tren umum dalam kondisi normal.
Catatan Colliers International Indonesia melaporkan, dari Januari sampai Februari, baik untuk matriks AOR dan average daily rate (ADR) untuk tarif merosot drastis meski masih mengikuti pola normal.
Kondisi Maret lebih buruk karena penurunannya substansial untuk dua matriks kinerja tersebut.
Senior Associate Director Colliers International Indonesia Ferry Salanto menuturkan, untuk dapat mengalahkan kesulitan, efisiensi adalah kunci.
"Kami telah menyaksikan beberapa hotel melaksanakan hal ini dengan menutup sejumlah fasilitas yang tidak dimanfaatkan tamu, dan mengaktifkan hanya lantai tertentu yang ditempati tamu untuk mengurangi penggunaan energi," tutur Ferry, Rabu (8/4/2020).
Tak hanya matriks ADR dan AOR yang mengalami kemerosotan, dalam pipa pengembangan hotel baru pun, Bali akan mengalami stagnasi.
Colliers melaporkan, Aloft Seminyak merupakan satu-satunya pasokan baru yang secara resmi mulai beroperasi di Bali selama Kuartal I-2020.
Ada beberapa hotel lain dalam pipa pengembangan yang berencana untuk beroperasi tahun ini, sementara sebagian besar dari hotel bintang lima yang akan datang dipastikan tertunda.
Proyek ini ditunda karena beberapa masalah termasuk kendala finansial dan perubahan desain.
Bagi mereka yang telah memutuskan untuk tetap beroperasi, harus memangkas harga kamar secara substansial dan menawarkan paket menginap yang menarik.