JAKARTA, KOMPAS.com - Masa tinggal atau length of stay turis yang berkunjung ke Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur (NTT), bisa lebih panjang menjadi empat hari dari sebelumnya rata-rata 2 hari.
Hal ini menyusul penataan dan pengembangan infrastruktur yang dilakukan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), dan ditargetkan selesai seluruhnya pada Desember 2020.
Labuan Bajo merupakan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Super Prioritas yang dirancang dengan konsep waterfront city berstandar dunia bersama dengan Danau Toba, Borobudur, Mandalika, dan Manado-Bitung-Likupang.
Kepala Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah (BPIW) Hadi Sucahyono mengatakan, selain meningkatkan length of stay, penataan dan pengembangan KSPN Labuan Bajo juga akan sangat berdampak pada jumlah kunjungan wisatawan.
Baca juga: Menteri Basuki Pastikan KSPN Super Prioritas Labuan Bajo Tuntas 2020
Jika pada tahun 2017-2018 saja, jumlah kunjungan sekitar 100.000-120.000 turis, tahun 2019 saat program ini mulai berjalan, wisawatan yang datang meningkat hampir 200.000 orang.
"Mestinya tahun ini lebih baik lagi dengan masa tinggal lebih lama. Selama ini turis justru bermalam di kapal, diving. Di Labuan Bajo hanya bermalam sehari-dua hari, karena tidak ada amenitas, dan atraksi," ucap Hadi, Senin (21/1/2020).
Para investor ini akan membuka bisnis, mulai dari perhotelan, kuliner, suvenir, jasa tour guide, transportasi, dan lain-lain yang pada gilirannya dapat membuka lapangan kerja bagi masyakarat Labuan Bajo.
Dampak keempat adalah peningkatan pendapatan asli daerah (PAD). Hadi mencontohkan, Danau Toba yang mengalami lonjakan tingkat kunjungan turis dan investor, mampu mendongkrak PAD Kabupaten Samosir lebih besar 80 persen dari sebelumnya.
Labuan Bajo, imbuh Hadi, bisa mencapai itu semua dengan catatan, investasi tidak langsung dari Kementerian PUPR ini harus juga diimbangi dengan gebrakan dan program dari Kementerian/Lembaga terkait khususnya Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Pemerintah Provinsi NTT dan Pemerintah Kabupaten Manggarai Barat.
Baca juga: Labuan Bajo, Waterfront City Kelas Dunia Pertama di Indonesia
"Tanpa itu semua, mimpi Labuan Bajo sebagai destinasi wisata premium tidak akan terwujud," cetus Hadi.
Hendaknya, investasi tidak langsung ini dilanjutkan dengan investasi langsung dengan mendatangkan investor mancanegara atau domestik yang merupakan tugas BKPM.
Sementara tantangan lainnya seperti kesiapan dan kualitas sumber daya manusia (SDM), minimnya kegiatan-kegiatan pariwisata termasuk meeting, incentives, convention, dan exhibition, sampah dan wajah kota yang kotor, merupakan tugas Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif serta Pemprov NTT dan Pemkab Manggarai Barat.
Bicara destinasi wisata premium, menurut Hadi, tak bisa lepas dari 3A yakni aksesibilitas, amenitas, dan atraksi.
Baca juga: Jokowi Sebut Investor Uni Arab Emirat Bakal Tanam Modal di Labuan Bajo