TIDAK bisa dimungkiri, selain berfungsi sebagai tempat tinggal, properti (terutama hunian) juga seringkali digunakan sebagai instrumen investasi. Hal ini didasarkan pada sifat harga properti, yang akan terus menunjukkan tren meningkat dalam jangka waktu panjang.
Namun, bukan berarti tidak ada momen properti mengalami perlambatan atau koreksi. Hanya, berbeda dengan instrumen investasi lain yang bisa lebih fluktuatif, properti cenderung memiliki pola besar yang berulang.
Baca juga: Suku Bunga Acuan BI Naik Lagi, Ini Efeknya Buat Sektor Properti
Dengan mengetahui pola besar tersebut bisa membantu kita untuk lebih tepat lagi mengambil posisi jual dan beli ketika sedang berinvestasi properti.
Pola besar properti
Sama seperti instrumen investasi lain yang dikendalikan pasar, harga properti juga ditentukan oleh pasokan dan permintaan yang cenderung memiliki pola besar serupa. Pola besar pada umumnya bisa terlihat pada gambar di bawah.
Titik A menunjukkan posisi ketika pasar properti mulai melambat, biasanya didominasi oleh kenaikan harga yang luar biasa tinggi.
Hal ini membuat para calon pembeli menarik diri sehingga jumlah permintaan menurun.
Dalam banyak situasi pasar yang melambat bisa berbalik memasuki fase koreksi seperti ditunjukkan pada titik B di mana harga lebih rendah dibandingkan pada titik A, padahal waktu terus berjalan.
Koreksi ini seringkali disebabkan oleh para penjual yang butuh uang, dan terdesak kebutuhan untuk menjual propertinya namun di sisi lain permintaan tidak banyak karena harga sudah terlampau tinggi.
Koreksi harga (penurunan harga) biasanya mengundang calon pembeli untuk kembali masuk. Hal ini terjadi dalam beberapa waktu, dan akan terus menarik lebih banyak lagi pembeli.
Sehingga harga mulai bergerak naik seperti digambarkan oleh titik C. Momentum ini biasanya terus berlanjut karena para pembeli yang senang karena mendapatkan harga “murah” akan mengundang lebih banyak pembeli lagi.
Dengan begitu, akan terjadi akselerasi harga seperti ditunjukkan kurva di antara titik C dan D.
Ketika pasar sudah merasa kenaikan harganya terlalu cepat maka harga akan kembali melambat seperti ditunjukkan pada titik D ke E.
Pelemahan ini akan berlanjut ke siklus koreksi selanjutnya seperti ditunjukkan oleh titik F.