Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rahasia Tri Rismaharini Bangun Surabaya Juara Kota Cerdas

Kompas.com - 10/01/2019, 17:36 WIB
Dani Prabowo,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com — Tujuan dari membangun kota cerdas adalah meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat. Oleh karena itu, sinergi antara pemerintah dan masyarakat diperlukan guna mencapai tujuan tersebut.

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengatakan, sekalipun berbagai teknologi penunjang kota cerdas telah diinvestasikan, namun jika tidak diikuti dengan peningkatan kualitas hidup masyarakat, hal itu tidak ada artinya.

"Kenapa kita gunakan teknologi kalau kotanya kotor, masyarakatnya tidak berpendidikan, banyak yang miskin. Untuk apa?" tegas Risma usai menerima penghargaan Indeks Kota Cerdas Indonesia (IKCI) 2018 di Jakarta, Rabu (10/1/2019).

Selama ini, komunikasi pemerintah dan masyarakat telah dirasakan cukup baik. Hal itu tidak terlepas dari kehadiran command center yang telah berdiri sejak 2016 lalu.

Commnad center tersebut diisi beberapa satuan kerja perangkat daerah (SKPD), antara lain Satpol PP, Bakesbangpol dan Linmas, Dinas Kebersihan dan Pertamanan, Dinas Perhubungan, Dinas PU Bina Marga dan Pematusan, hingga Pemadam Kebakaran.

Baca juga: Lagi, Surabaya Juara Kota Cerdas versi Kompas

Dengan mengumpulkan SKPD di satu lokasi, pelayanan birokrasi atas aduan masyarakat pun menjadi lebih singkat. Semua layanan itu dapat diakses melalui sambungan darurat 112.

"Bahkan di 112 itu ada psikolognya. Jadi 24 jam bisa konsultasi, temu darat," kata Risma.

Untuk membangun interaksi yang lebih aktif, Pemkot Surabaya juga menggelar berbagai kegiatan di taman kota yang tersebar di beberapa titik.

Warga menggunakan fasilitas hot spot gratis di Taman Bungkul, Surabaya, Minggu (25/5/2014). Taman yang menjadi ikon Kota Surabaya tersebut tidak hanya sebagai kawasan terbuka hijau, tetapi juga menjadi tempat bertemunya sejumlah komunitas kreatif.KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA Warga menggunakan fasilitas hot spot gratis di Taman Bungkul, Surabaya, Minggu (25/5/2014). Taman yang menjadi ikon Kota Surabaya tersebut tidak hanya sebagai kawasan terbuka hijau, tetapi juga menjadi tempat bertemunya sejumlah komunitas kreatif.
Taman itu tak hanya dijadikan sebagai pusat berkumpul masyarakat, tetapi juga menjadi tempat untuk berolahraga, bahkan sebagai sarana menghilangkan para pengamen yang kerap berlalu lalang di pusat kota.

Risma mengatakan, para pengamen kini sudah tidak berani berkeliling di tengah kota karena pemkot telah menyediakan sarana bagi mereka untuk menari nafkah.

Bahkan, Pemkot Surabaya tak segan membayar mereka hingga Rp 2.500.000 untuk sekali perform dalam satu kelompok.

"Nanti semua jadi pengamen Bu? Enggak apa-apa, tapi kita letakkan dulu. Jadi Surabaya relatif tidak ada pengamen. Kecuali dia dari luar kota dia masuk, tapi enggak berani dia di jalan-jalan protokol," ucap Risma.

Baca juga: Banyak Penghargaan Diraih, Risma: Saya Bingung Taruhnya di Mana

Sementara itu, untuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat, saat ini ada enam posko darurat yang dibangun di beberapa titik.

Setiap posko dibekali tiga ambulans dengan fungsi yang berbeda-beda yakni ambulans biasa, ambulans khusus operasi, dan ambulans khusus melahirkan.

Standar pelayanan yang dibangun yaitu kecepatan. Ketika command center mendapat aduan dari masyarakat, maka dalam kurun waktu maksimum tujuh menit masyarakat yang membutuhkan layanan kesehatan mendapat perawatan pertama di posko darurat tersebut.

Halaman:
Baca tentang


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau