JAKARTA, KOMPAS.com - Kabar amblesnya sebagian Jalan Raya Gubeng di Surabaya, Jawa Timur pada 18 Desember lalu membuat sejumlah orang terkejut.
Bagaimana tidak, peristiwa itu terjadi pada malam hari sekitar pukul 21.40 WIB. Jalan sepanjang 100 meter tiba-tiba ambles sedalam 20 meter dengan lebar 25 meter.
Baik Badan Metereologi, KLimatologi, dan Geofisika (BMKG) maupun Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memastikan tidak ada aktivitas seismik pada saat peristiwa terjadi.
Aparat kepolisian dan Komite Keselamatan Konstruksi (Komite K2) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) turun untuk menyelidiki peristiwa itu.
Hasilnya, dugaan sementara peristiwa itu diakibatkan pekerjaan struktur basement di Rumah Sakit Siloam yang tidak dipondasi, yang mengakibatkan jalan tertarik dan amblas.
Kasus amblesnya Jalan Gubeng menambah panjang rentetan kasus kecelakaan konstruksi yang terjadi di Indonesia sepanjang 2018.
Tentu masih membekas di ingatan saat Kementerian PUPR memutuskan menghentikan sementara sejumlah pekerjaan proyek strategis nasional (PSN) menyusul peristiwa kecelakaan konstruksi dalam kurun waktu dua bulan.
Ironisnya, kecelakaan itu terjadi pada proyek yang digarap BUMN karya, perusahaan pelat merah yang dipercaya membangun proyek-proyek tersebut.
Dimulai pada 2 Januari 2018, saat beton girder proyek Tol Depok-Antasari ambruk setelah tersenggol alat berat.
Baca juga: Ini Kronologi Robohnya Simpang Susun Tol Depok-Antasari
Jalan tol yang menjadi bagian dari PSN ini digarap PT Citra Waspphutowa, anak usaha PT Citra Marga Nusaphala Tbk yang bekerja sama dengan PT Girder Indonesia.
Peristiwa itu diduga lantaran adanya manuver alat berat, sehingga membentur girder paling pinggir yang menimbulkan efek domino tergulingnya lima girder di sebelahnya.
Girder yang terguling menimpa dump truck yang berada di bawahnya. Beruntung tidak ada korban jiwa dalam peristiwa ini, karena pada saat bersamaan dump truck dalam keadaan kosong.
Sebuah beton girder jatuh di kawasan Utan Kayu, Pulo Gadung, Jakarta Timur, yang menyebabkan lima pekerja proyek mengalami luka-luka.
Proyek ini digarap PT Jakarta Propertindo Tbk (Jakpro) dan pengerjaan konstruksi lintasan LRT diserahkan kepada PT Wijaya Karya (Persero) Tbk.
Masih pada bulan yang sama, lantai mezanin Gedung II Bursa Efek secara tiba-tiba ambruk pada 15 Januari saat puluhan mahasiswa tengah melakukan studi banding di sana.
Baca juga: Mezanin BEI Ambrol, Ini Kata Pengelola
Meski bukan termasuk kecelakaan konstruksi karena bangunan telah berdiri, namun akibat peristiwa ini tak kurang dari 72 orang mengalami luka-luka dan harus dilarikan ke sejumlah rumah sakit untuk mendapat perawatan.
Setelah itu, pada 4 Februari, crane pengangkut beton proyek Double-Double Track (DDT) milik Kementerian Perhubungan rubuh.
Akibat peristiwa yang terjadi di Jalan Matraman Raya, Jakarta Pusat ini, empat orang pekerja meninggal, dua di antaranya di lokasi dan dua lainnya setelah mendapat perawatan medis.
Dari hasil penyelidikan, tidak ada masalah pada crane yang digunakan PT Hutama Karya (Persero) selaku pimpinan konsorsium kontraktor proyek. Sebab, crane tersebut baru dan pada pemasangan enam segmen sebelumnya tidak ada masalah.
Diduga, kesalahan disebabkan faktor sumber daya manusia. Seharusnya pekerjaan dilakukan pukul 23.00 WIB, namun baru dilaksanakan pukul 05.00 WIB lantaran kondisi cuaca hujan deras pada malam hari. Pekerjaan terpaksa ditunda dan dilaksanakan keesokan harinya.
Selang sehari, turap di dekat underpass kereta Bandara Soekarno-Hatta ambrol setelah hujan deras mengguyur wilayah itu pada 5 Februari.
Akibat peristiwa tersebut, seorang penumpang mobil meninggal dunia dan seorang lainnya mengalami luka-luka setelah mobil yang mereka tumpangi tertimbun urugan tanah dan beton.
Selain itu, PT Waskita Karya (Persero) Tbk selaku kontraktor pelaksana diminta untuk membongkar karena diduga terjadi kesalahan desain.
Dua pekan kemudian, proyek lain yang juga dikerjakan Waskita Karya mengalami kecelakaan yaitu Tol Bekasi-Cawang-Kampung Melayu (Becakayu). Akibat peristiwan ini, tujuh pekerja terpaksa dirawat di rumah sakit karena luka kritis.
Baca juga: Bekisting Pierhead Tol Becakayu yang Ambruk, Digarap Waskita Karya
Setelah rentetan peristiwa tersebut, pada pertengahan Maret 2018 Kementerian PUPR memberikan rekomendasi sanksi bagi BUMN karya yang melakukan kesalahan kepada Kementerian BUMN.
Rekomendasi itu ada yang hanya berupa sanksi administratif, penggantian kepala proyek, hingga jajaran direksi.
Namun, sanksi yang telah diberikan bukannya membuat kecelakaan tak lagi terjadi. Pada 17 April 2018, dua kecelakaan sekaligus justru terjadi di dua lokasi berbeda.
Akibat peristiwa ini, tiga truk dan satu unit motor terjun ke Sungai Bengawan Solo yang mengalir di bawahnya.
Selain itu, dua orang meninggal dunia dan satu orang ditemukan selamat dan langsung dibawa ke puskesmas terdekat untuk mendapat pertolongan.
Kecelakaan kedua terjadi pada pekerjaan overpass akses Jalan Tumaluntung yang melintas di atas lokasi rencana Tol Manado-Bitung. Peristiwa terjadi saat tiba-tiba salah satu slab runtuh ketika dilaksanakan pengecoran in site.
Baca juga: Konstruksi Relatif Sederhana, Tol Manado-Bitung Ambruk
Akibat kecelakaan yang terjadi pada proyek yang digarap PT Wijaya Karya (Persero) Tbk ini, 21 orang mengalami luka-luka dan harus dilarikan ke rumah sakit.
Sementara dua orang lainnya meninggal dunia karena tertimbun reruntuhan.
Kecelakaan kerja yang terus menerus terjadi akhirnya memaksa Menteri PUPR Basuki Hadimuljono untuk selalu mengingatkan para kontraktor agar bekerja sungguh-sungguh dan mengedepankan aspek kesehatan dan keselamatan kerja (K3).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.