Selain itu, tentu saja potensi pasar Indonesia yang demikian besar, didukung faktor demografi kelas menengah dengan daya beli tinggi, menarik minat mereka masuk Indonesia.
Seperti pengakuan Presiden Direktur PT Mitsubishi Corporation Indonesia Takeshi Ito kepada Kompas.com, Rabu (1/7/2018), bahwa secara umum pasar Indonesia sangat potensial, terutama di kawasan Jadebotabek yang didiami 35 juta orang.
"Sama padatnya dengan metropolitan Tokyo sebanyak 45 juta orang," kata Takeshi.
Jumlah populasi yang padat ini tentu saja dipandang sebagai kesempatan besar bagi Mitsubishi untuk memenuhi kebutuhan hunian. Sebab, tak bisa dimungkiri masyarakat Jadebotabek masih membutuhkan hunian.
Presiden Direktur PT PanaHome Deltamas Indonesia Kazuhiko Tanaka mengatakan, investasi yang direncanakan di sektor properti Indonesia ini untuk jangka menengah dan panjang.
Baca juga: Di Mata Jepang, Properti Bukan Lagi Soal Lokasi Tetapi Sekuriti
"Sebelum memutuskan berinvestasi, kami mempertimbangkan berbagai hal dan melakukan studi kelayakan 3 tahun lamanya. Kami melihat ke depan ekonomi Indonesia akan tumbuh seiring pembangunan infrastruktur yang sedang giat dilaksanakan," papar Tanaka kepada Kompas.com, Sabtu (15/9/2018).
Menariknya, mereka yang menggarap pasar properti Indonesia bukan hanya pengembang, melainkan juga kontraktor kawakan yang termotivasi untuk terlibat dalam konstruksinya.
Beberapa nama yang sudah masuk antara lain Tokyo Tatemono, Hankyu Corporation, dan kontraktor seperti Shimizu Corporation, dan Taisei Corporation.
Jika generasi awal pengembang Jepang lebih fokus pada sektor industrial estate, dan mixed use development seperti Marubeni Corporation, Kajima Corporation, dan Sumitomo Corporation, generasi sekarang lebih cenderung membangun single purpose.
Mereka lebih tertarik membangun kondominium, pergudangan dan logistik, apartemen servis, dan perkantoran dengan sifat stand alone atau berdiri sendiri.
"Jadi generasi sekarang lebih ke multi sektor dibandingkan dengan generasi dulu yang cenderung fokus ke sektor tertentu kecuali Kajima yang memang bermain di mixed use development. Tapi juga hanya 1 proyek saja selama hampir 25 tahun," jelas Hendra.
Karena itu, Hendra menilai, generasi sekarang justru tidak memiliki visi jangka panjang seperti Kajima dan Sumitomo. Generasi lebih fokus game plan 5 hingga 10 tahunan dan selalu ingin ada exit strategy.
Baca juga: Gandeng Mitsui Fudosan, Ciputra Bangun Perumahan Premium
Hal ini terlihat dari penjualan saham Mori, Mitsubishi, Daiwa, dan Mitsui di Wisma Nusantara sekitar 5-10 tahun lalu, dan setelah itu aktif kembali hingga kini.
Lepas dari itu, kehadiran pengembang Jepang telah mengubah wajah sektor properti Indonesia secara signifikan.
Dengan nilai investasi lebih dari Rp 1 triliun untuk satu proyek, kata Hendra, diharapkan bisa membangkitkan sektor properti yang telah lama terpuruk.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.