Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sempat Layu, Sakura Itu Kembali Berbunga di "Greater Jakarta"

Kompas.com - 18/09/2018, 12:21 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - "Sakura" kembali berbunga di kawasan Jadebotabek atau kerap disebut "greater Jakarta".

Ya, setelah sempat tak ada gebrakan pasca bulan madu properti 2011-2013, terlibas aksi agresif pengembang asal China, pengembang-pengembang Jepang kini seolah bangkit kembali.

Baca juga: Pengembang China Serbu Indonesia

Kehadiran entitas pengembang Negeri Matahari Terbit ini tak lepas dari kiprah raksasa-raksasa Jepang di bidang otomotif.

Jenis properti yang dikembangkan pun disesuaikan dengan perusahaan-perusahaan Jepang yang membangun pabrik sekaligus berproduksi di sini.

CEO Leads Property Indonesia Hendra Hartono menjelaskan, rekam jejak para investor Negeri Sakura ini sejatinya sebanyak jumlah properti yang terbangun selama tiga dekade terakhir.

Savasa Smart Home, Cikarang.Hilda B Alexander/Kompas.com Savasa Smart Home, Cikarang.
Nama-nama perusahaan kakap macam Mitsui Corporation, JAL Hotels Corporation, Tokyu Land, Sumitomo, Kyoei Corporation, dan Shimizu Corporation termasuk generasi pertama yang jeli menangkap peluang menjanjikan yang ditawarkan industri properti Nasional. 

Kloter pertama investor Jepang yang menggarap pasar properti Indonesia kurun 1970-an cenderung simultan.

"Mereka datang berbarengan dengan tawaran fulus menantang. Dana yang masuk bisa jauh lebih besar dari yang termonitor," kata Hendra kepada Kompas.com, beberapa waktu lalu.

Meskipun menurut data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) investasi Jepang di Indonesia tahun 2017 turun dari sebelumnya, namun tetap menjadi yang terbesar kedua setelah Singapura, dengan nilai 5,4 miliar dollar AS.

Selain itu, perusahaan Jepang yang masuk ke Indonesia sejumlah 1.438 perusahaan pada 2013 naik menjadi 1.911 perusahaan pada 2017.

Duta Besar Jepang untuk Indonesia, Masafumi Ishii, dalam peluncuran Indonesia-Japan Business Network (IJB-Net) di Kantor Kementrian Perindustrian, Jakarta, Rabu (8/8/2018), mengatakan selama 60 tahun sejak terjalinnya hubungan diplomatik, Indonesia dan Jepang sudah melangkah bersama-sama sebagai teman baik.

Pada kwartal kedua tahun ini, LPCK berencana meluncurkan Newport Park, yaitu apartemen keenam dari Orange County.Dok orangecountycikarang.com Pada kwartal kedua tahun ini, LPCK berencana meluncurkan Newport Park, yaitu apartemen keenam dari Orange County.
"Selain itu, melalui transfer teknologi dan pengembangan sumber daya manusia, telah dibangun kerja sama yang mendalam di bidang ekonomi," kata Masafumi Ishii.

Menurut dia, saat ini terdapat 1.600 perusahaan Jepang yang memberikan lapangan pekerjaan bagi 5 juta penduduk Indonesia. Selain itu, perusahaan Jepang turut berkontribusi terhadap 10 persen dari PDB Indonesia.

Landmark

Kembali ke sektor properti, kendati beberapa dari investor tersebut menggunakan jasa konsultan, tak kalah banyak yang bergerilya sendiri.

Mereka menghubungi langsung pengembang/mitra lokal atau kontak melalui jaringan lain.  Ada beberapa catatan menarik, investor Jepang generasi awal lebih tertarik menggarap proyek-proyek “landmark” ketimbang proyek berklasifikasi di bawahnya atau “ecek-ecek”.

Mereka berkompetisi, bahkan tak jarang menjadikan satu sama lain sebagai rival. Persaingan sengit tidak saja dalam tataran besaran nilai investasi, juga skala proyek, dan keunikan desain. 

Contohnya Mitsui Corporation dan JAL Hotels Corporation yang membangun Wisma Nusantara. Ini merupakan gedung perkantoran pertama di bilangan MH Thamrin, Jakarta Pusat, sebagai simbol "invasi" Jepang di Indonesia.

GM ASEAN Real Estate Development Department Mitsubishi Corporation Hidetoshi Suzuki ketiga dari kanan ditemani Vice Presiden PT BSD Diamond Development Denny Ponomban, keempat dari kanan, menyaksikan maket The Zora, di BSD City, Selasa (28/11/2017).Hilda B Alexander GM ASEAN Real Estate Development Department Mitsubishi Corporation Hidetoshi Suzuki ketiga dari kanan ditemani Vice Presiden PT BSD Diamond Development Denny Ponomban, keempat dari kanan, menyaksikan maket The Zora, di BSD City, Selasa (28/11/2017).
Karena di sini bercokol perusahaan-perusahaan negara Matahari Terbit sebagai tenannya. Mitsui Corporation dan JAL Hotels Corporation menggaet  Indocement Tunggal Prakarsa sebagai mitra lokal strategis. Wisma Nusantara juga popular dijuluki  Hotel President (saat ini Pullman Hotel). 

Kesuksesan Wisma Nusantara secara komersial, diekori Itochu Corporation yang berkolaborasi dengan Jakarta Setiabudi International. Hasil karya mereka adalah Menara Cakrawala (Skyline Building) yang dibangun pada 1976.  

Bagaimana dengan saat ini?

Menurut Hendra, investasi Jepang sejak beberapa tahun terakhir memang masih didominasi oleh mereka yang sebenarnya sudah aktif di Indonesia. 

Beberapa di antaranya adalah Tokyu Land, setelah berkolaborasi dengan Jakarta Setiabudi International membangun Setiabudi Skygarden, mereka jalan sendiri dengan menggarap Branz BSD dan Branz Simatupang. 

Baca juga: Mitsubishi Siapkan Rp 1 Triliun Bangun Apartemen di Jadebotabek

Kemudian Mitsubishi Corporation yang menjalin aliansi strategis dengan Sinarmas Land dan Lippo Group dengan membangun rumah tapak dan apartemen.

Sakura Garden Citywww.sakura-garden-city.com Sakura Garden City
Namun, nama-nama lawas itu kini ditemani oleh mereka yang baru masuk dan menggarap pasar Indonesia. Sebut saja Daiwa House, dan yang terbaru Panasonic Group melalui bendera PanaHome Gobel Indonesia.

Hal ini erat kaitannya dengan situasi dan kondisi pasar properti di negara asalnya yang menurut Hendra terpengaruh oleh penduduk usia produktif.

"Karena memang di Jepang kan penduduk usia produktifnya berkurang. Cost of fund dari dana Jepang berbunga rendah, jadi mereka lebih advantage dari sisi biaya pembangunan," papar Hendra.

Selain itu, tentu saja potensi pasar Indonesia yang demikian besar, didukung faktor demografi kelas menengah dengan daya beli tinggi, menarik minat mereka masuk Indonesia.

Seperti pengakuan Presiden Direktur PT Mitsubishi Corporation Indonesia Takeshi Ito kepada Kompas.com, Rabu (1/7/2018), bahwa secara umum pasar Indonesia sangat potensial, terutama di kawasan Jadebotabek yang didiami 35 juta orang.

"Sama padatnya dengan metropolitan Tokyo sebanyak 45 juta orang," kata Takeshi.

Jumlah populasi yang padat ini tentu saja dipandang sebagai kesempatan besar bagi Mitsubishi untuk memenuhi kebutuhan hunian. Sebab, tak bisa dimungkiri masyarakat Jadebotabek masih membutuhkan hunian.

Presiden Direktur PT PanaHome Deltamas Indonesia Kazuhiko Tanaka mengatakan, investasi yang direncanakan di sektor properti Indonesia ini untuk jangka menengah dan panjang.

Baca juga: Di Mata Jepang, Properti Bukan Lagi Soal Lokasi Tetapi Sekuriti

"Sebelum memutuskan berinvestasi, kami mempertimbangkan berbagai hal dan melakukan studi kelayakan 3 tahun lamanya. Kami melihat ke depan ekonomi Indonesia akan tumbuh seiring pembangunan infrastruktur yang sedang giat dilaksanakan," papar Tanaka kepada Kompas.com, Sabtu (15/9/2018).

Menariknya, mereka yang menggarap pasar properti Indonesia bukan hanya pengembang, melainkan juga kontraktor kawakan yang termotivasi untuk terlibat dalam konstruksinya.

Beberapa nama yang sudah masuk antara lain Tokyo Tatemono, Hankyu Corporation, dan kontraktor seperti Shimizu Corporation, dan Taisei Corporation.

CitraLake Suite merupakan proyek patungan antara Ciputra Group dengan Mitsui Fudosan Residential Jepang. Dok Ciputra Residence CitraLake Suite merupakan proyek patungan antara Ciputra Group dengan Mitsui Fudosan Residential Jepang.
Jika generasi awal pengembang Jepang lebih fokus pada sektor industrial estate, dan mixed use development seperti Marubeni Corporation, Kajima Corporation, dan Sumitomo Corporation, generasi sekarang lebih cenderung membangun single purpose.

Mereka lebih tertarik membangun kondominium, pergudangan dan logistik, apartemen servis, dan perkantoran dengan sifat stand alone atau berdiri sendiri.

"Jadi generasi sekarang lebih ke multi sektor dibandingkan dengan generasi dulu yang cenderung fokus ke sektor tertentu kecuali Kajima yang memang bermain di mixed use development. Tapi juga hanya 1 proyek saja selama hampir 25 tahun," jelas Hendra.

Karena itu, Hendra menilai, generasi sekarang justru tidak memiliki visi jangka panjang seperti Kajima dan Sumitomo. Generasi lebih fokus game plan 5 hingga 10 tahunan dan selalu ingin ada exit strategy.

Baca juga: Gandeng Mitsui Fudosan, Ciputra Bangun Perumahan Premium

Hal ini terlihat dari penjualan saham Mori, Mitsubishi, Daiwa, dan Mitsui di Wisma Nusantara sekitar 5-10 tahun lalu, dan setelah itu aktif kembali hingga kini.

Lepas dari itu, kehadiran pengembang Jepang telah mengubah wajah sektor properti Indonesia secara signifikan.

Dengan nilai investasi lebih dari Rp 1 triliun untuk satu proyek, kata Hendra, diharapkan bisa membangkitkan sektor properti yang telah lama terpuruk.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com