Energi dari panel solar ini mulai digunakan pada pukul 23.00 WIB hingga pukul 06.00 WIB. Panel solar menghemat penggunaan energi fosil, karena genset hanya digunakan pada pukul 18.00 WIB hingga pukul 23.00 WIB.
"Setelahnya menggunakan panel solar untuk penerangan hingga pagi hari. Selain itu juga untuk mengurangi polusi suara pada malam hari ketika pengunjung beristirahat," jelas Frumensius.
Arah matahari terbit berada di belakang bangunan atau dari balik pegunungan dan matahari terbenam tepat menghadap depan. Pengunjung bisa menikmati surya tenggelam dari depan pondok.
"Konsepnya sama, kaca dan atap transparan untuk menghemat energi dari pagi hingga sore karena menggunakan penerangan alami," jelas Frumensius.
Konstruksi bangunan ini didominasi bahan dasar kayu yang dilapisi vernis, sehingga terkesan elegan.
Selain itu, terdapat tiga rumah pohon dengan desain atap yang unik membentuk seperempat lingkaran. Bagian dinding menggunakan kaca dipadu dengan bahan kayu. Pengunjung bisa dengan leluasa menikmati matahari terbenam dari atas rumah pohon ini.
Kendati angin pantai panas, namun ketika berada di taman justru lebih sejuk. Belum lagi suara alam dari binatang-binatang kecil dan kicau burung yang berpadu dengan suara deburan ombak, menciptakan suasana bagai nirwana.
Pengelola mematok tarif Pondok JLO Rp 400.000 per malam dengan fasilitas dua tempat tidur berukuran besar kapasitas untuk empat orang. Kamar mandi yang disediakan di dalam pondok menggunakan air yang langsung mengalir dari pegunungan.
Tingkat kunjungan
Kendati menawarkan panorama alami dengan segala keunikannya, tingkat okupansi masih belum terlalu tinggi, berkisar antara 30 hingga 40 pengunjung dalam satu bulannya.
"Untuk kunjungan sendiri masih sepi, akhir pekan atau hari libur baru terisi semua. Mungkin banyak yang belum tahu dan jalan yang masih belum baik," ungkap Frumensius.
Frumensius menambahkan, Pondok JLO ini dibangun oleh investor yang menurutnya cukup nekad. Ia enggan menjelaskan secara rinci siapa investor yang dimaksud.
Namun secara garis besar, total biaya untuk membangun tempat itu sudah menghabiskan sekitar Rp 400 juta.