Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

JLO, Sepotong Nirwana di Ekor Banua

Temajuk sendiri merupakan desa terakhir yang posisinya persis di bagian ekor Kalimantan. Secara administratif, desa ini masuk dalam kecamatan Paloh, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat.

Pasokan listrik PLN di desa ini berasal dari Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Listrik menerangi desa mulai pukul 18.00 WIB hingga pukul 06.00 WIB keesokan harinya.

Namun, penerangan ini belum menjangkau semua titik, terutama untuk memenuhi kebutuhan pengembangan pariwisata.

Lantas, bagaimana masyarakat pelaku usaha pariwisata menyiasati keterbatasan tersebut?

Salah satu fasilitas akomodasi berkonsep homestay yang ada di Temajuk, Pondok JLO misalnya, dikelola dengan mengadopsi eco green.

Lokasinya yang berbukit dengan kemiringan kontur tanah sekitar 30 derajat menawarkan pemandangan laut, karena posisi homestay  dibuat di atas perbukitan.

Pengelola Pondok JLO, Frumensius Dominggo mengatakan, saat ini terdapat 7 pondok yang disewakan untuk pengunjung.

Ventilasi udara dibuat di sekeliling bangunan. Tujuannya untuk mendapatkan vitamin laut (sea) dan udara segar pada pagi hingga siang hari.

Ventilasi itu berfungsi selain untuk aliran sirkulasi udara, juga untuk mendapatkan udara segar dari pegunungan.

"Dengan ventilasi yang banyak, suhu kamar tetap nyaman untuk pengunjung, sekaligus menghemat listrik," ujar Frumensius pekan lalu.

Selain itu, pada bagian atas bangunan, pengelola menggunakan atap transparan serta panel solar untuk membantu pencahayaan.

Energi dari panel solar ini mulai digunakan pada pukul 23.00 WIB hingga pukul 06.00 WIB. Panel solar menghemat penggunaan energi fosil, karena genset hanya digunakan pada pukul 18.00 WIB hingga pukul 23.00 WIB.

"Setelahnya menggunakan panel solar untuk penerangan hingga pagi hari. Selain itu juga untuk mengurangi polusi suara pada malam hari ketika pengunjung beristirahat," jelas Frumensius.

"Konsepnya sama, kaca dan atap transparan untuk menghemat energi dari pagi hingga sore karena menggunakan penerangan alami," jelas Frumensius.

Konstruksi bangunan ini didominasi bahan dasar kayu yang dilapisi vernis, sehingga terkesan elegan.

Selain itu, terdapat tiga rumah pohon dengan desain atap yang unik membentuk seperempat lingkaran. Bagian dinding menggunakan kaca dipadu dengan bahan kayu. Pengunjung bisa dengan leluasa menikmati matahari terbenam dari atas rumah pohon ini.

Kendati angin pantai panas, namun ketika berada di taman justru lebih sejuk. Belum lagi suara alam dari binatang-binatang kecil dan kicau burung yang berpadu dengan suara deburan ombak, menciptakan suasana bagai nirwana.

Pengelola mematok tarif Pondok JLO Rp 400.000 per malam dengan fasilitas dua tempat tidur berukuran besar kapasitas untuk empat orang. Kamar mandi yang disediakan di dalam pondok menggunakan air yang langsung mengalir dari pegunungan.

Tingkat kunjungan

Kendati menawarkan panorama alami dengan segala keunikannya, tingkat okupansi masih belum terlalu tinggi, berkisar antara 30 hingga 40 pengunjung dalam satu bulannya.

"Untuk kunjungan sendiri masih sepi, akhir pekan atau hari libur baru terisi semua. Mungkin banyak yang belum tahu dan jalan yang masih belum baik," ungkap Frumensius.

Frumensius menambahkan, Pondok JLO ini dibangun oleh investor yang menurutnya cukup nekad. Ia enggan menjelaskan secara rinci siapa investor yang dimaksud.

Namun secara garis besar, total biaya untuk membangun tempat itu sudah menghabiskan sekitar Rp 400 juta.

"Yang jelas, awalnya karena ada permintaan dari teman-teman fotografer yang suka ke Temajuk dan membutuhkan tempat yang nyaman untuk istirahat setelah hunting foto," katanya.

Meski sudah tertata sedemikian rupa, akses menuju Temajuk bisa dibilang gampang-gampang susah. Dari ibukota Kabupaten Sambas, terdapat dua jalur menuju ke Temajuk.

Salah satunya adalah jalan paralel yang saat ini sedang dikerjakan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) bersama TNI.

Jalur paralel ini juga terhubung dengan Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Aruk. Waktu tempuh yang dibutuhkan dari Aruk menuju Temajuk hanya berkisar dua jam dengan kondisi jalan saat ini.

Sebenarnya dari Malaysia ada jalur yang lebih dekat, yaitu Kampong Teluk Melano yang berada bersebelahan dengan Temajuk. Jarak nya hanya empat kilometer saja. Tapi tidak ada pos pemeriksaan imigrasi di sana.

Dari Kuching menuju Telok Melano cukup menempuh waktu 1,5 jam saja. Sedangkan jalur satunya merupakan jalur lama yang kondisinya rusak parah dan harus dua kali menyeberangi sungai besar menggunakan kapal feri.

Jarak tempuh dari Sambas pun tergantung cuaca, berkisar antara empat hingga lima jam perjalanan.


https://properti.kompas.com/read/2017/11/09/235051821/jlo-sepotong-nirwana-di-ekor-banua

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke