KompasProperti - Bagi seorang karyawan muda seperti Evan Kurniwan, melepas rasa penat saat jam pulang kantor pukul 17.00 menjadi semacam kewajiban. Beratnya beban kerja tak perlu dibawa pulang ke rumah, tapi harus dilepaskan.
"Khususnya hari Jumat," kata Evan.
Evan tak menampik kenyataan bahwa dirinya memerlukan lokasi hiburan yang dekat dengan kantor. Istilahnya, lompat saja sudah sampai di lokasi.
"Dekat dari rumah juga oke tuh," tuturnya.
Meski bekerja di kawasan yang acap disebut "pinggiran" Ibu Kota
Jakarta,
Cikarang, orang seperti Evan memerlukan skala kepraktisan.
"Maksud saya tuh, ke mana-mana dekat. Ke kantor dekat, belanja dekat. Pokoknya semuanya serba dekat," katanya lagi.
KOMPAS.com / ANDREAS LUKAS ALTOBELI Foto udara proyek kawasan Kota Baru Meikarta, Cikarang, Bekasi, Jawa Barat, Senin (4/9/2017). Pada tahap pertama, akan dibangun 200 ribu unit apartemen yang siap huni pada akhir tahun 2018.
Bakat Cikarang
Distrik Cikarang sebagaimana tulisan laman
semboyan35.com menjadi bagian pengembangan penanaman modal asing akibat politik liberal Pemerintah Hindia Belanda di Indonesia pada awal 1930-an. Perlahan tapi pasti, di distrik itu industri kian berkembang.
Bukan isapan jempol bahwa Cikarang kini menjadi salah satu kecamatan di Kabupaten Bekasi, yang seakan sudah mempunyai "bakat" sebagai pusat industri sekaligus pusat pergerakan ekonomi. Baca: Semua Berebut, Mengejar Matahari Terbit di Cikarang.
Sampai kini, basis ekonomi Cikarang semakin menguat karena memiliki 4.000 perusahaan multinasional dari 35 negara. Dari jumlah itu, total pekerja asing yang bekerja di situ ada sekitar 20.000 orang.
Tidak heran, Cikarang bisa berkontribusi rerata hingga 30 persen ekspor nasional. Jika dibandingkan dengan Batam, Cikarang terbilang unggul. Pasalnya, dari laman
bps.go.id diperoleh informasi bahwa Batam menyumbang rata-rata ekspor nasional di posisi 20 persen.
Saat ini, industri memang terus berkembang di Cikarang. Sektor ini terbukti mampu menyerap banyak tenaga kerja. Alhasil, hal ini dan menjadi pelumas untuk perputaran roda perekonomian.
Sudah barang tentu, kebutuhan hunian plus lingkungan ideal yang nyaman berikut kelengkapan fasilitas adalah hal yang mutlak. Kompas.com mencatat, kebutuhan itu meliputi fasilitas belanja di mal berkelas serta adanya fasilitas kesehatan, semisal rumah sakit bertaraf internasional.
KOMPAS.com / RODERICK ADRIAN MOZES Foto udara kawasan Central Park di kawasan Kota Baru Meikarta, Cikarang, Bekasi, Jawa Barat, Senin (4/9/2017). Kawasan yang bersebelahan langsung dengan tol Jakarta-CIkampek ini, telah membangun central park, yakni sebuah taman terbuka hijau seluas 100 hektar. Taman ini memiliki berbagai tanaman, lengkap dengan kebun binatang mini hingga jogging track.
Tak cuma itu, kebutuhan yang juga mendesak adalah sekolah dan universitas nasional maupun internasional, restoran, dan hotel kelas bintang lima. Itu semua berada di satu wilayah.
"Buang energi kalau harus pergi jauh," ujar Evan.
Selain itu, hal yang juga menjadi kebutuhan mendesak adalah sektor kemudahan akses. Bayangkan, dari kereta rel listrik commuter line, jalan tol layang di atas Jalan Tol Jakarta-Cikampek, kereta api cepat Jakarta-Bekasi-Cikarang-Bandung yang membuat waktu tempuh Jakarta-Bandung cuma 39 menit, Light Rail Transport (LRT) Cawang-Bekasi Timur-Cikarang, hingga Automated People Mover (Monorail) tak lama lagi bakal terwujud mengelilingi Cikarang.
Bayangkan, jika semua proyek itu rampung, Evan sejatinya hanya memikirkan untuk punya
apartemen dan tinggal di Cikarang.
Inilah yang sesungguhnya menjadi pertimbangan Evan. Keinginannya ternyata terjawab oleh rencana Grup Lippo dengan dirancangnya proyek Meikarta. Megaproyek itu adalah harapan baru bagi terealisasinya Jakarta baru di Cikarang.