KompasProperti – Jakarta sebagai ibu kota negara memiliki berbagai kelebihan dan kekurangan. Kota metropolitan yang menjadi tempat hidup bagi jutaan orang ini menawarkan sejumlah kesenangan sekaligus masalah.
Masalah itu ada yang berhubungan dengan kehidupan sosial, ekonomi, keamanan, dan tata kota. Ada beberapa masalah yang berkaitan dengan tata kota, misalnya soal lingkungan, infrastruktur, dan transportasi.
Sudah mafhum diketahui, di bidang transportasi, Jakarta terkenal sebagai kota dengan kemacetan lalu lintas yang parah, terutama pada jam-jam orang berangkat dan pulang kerja.
Mungkin Anda yang masih ingat dengan kejadian pada Senin (12/6/2017) pagi, yaitu ketika para netizen di Twitter mengeluh soal parahnya kemacetan Jakarta.
Mereka berkicau mengenai kemacetan lalu lintas di daerah Mampang dan Kuningan, Jakarta Selatan. Bahkan peristiwa itu membuat Mampang menjadi trending topic Indonesia di Twitter.
Seperti diberitakan KompasTekno hari itu, dari pantauan hingga pukul 10.30 WIB, kata "Mampang" berada di peringkat keempat topik utama Indonesia.
Para netizen mengeluhkan kemacetan parah di sepanjang jalan Mampang-Kuningan. Bahkan mereka mengaku terjebak hingga berjam-jam di jalur tersebut.
Menurut riset yang dilakukan oleh INRIX, yaitu lembaga analisis data kemacetan lalu lintas yang berbasis di Washington, Amerika Serikat, Senin (20/2/2017), para pengendara mobil di Jakarta tahun 2016 membuang waktu 55 jam dalam setahun karena terjebak kemacetan.
Hasil riset itu mendudukkan Jakarta di urutan ke-22 sebagai kota termacet di dunia. Adapun Bangkok, Thailand, berada di urutan pertama sebagai kota termacet di Asia Tenggara dengan total waktu 64,1 jam kemacetan dalam setahun.
Sehubungan dengan itu, pihak Pemerintah Provinsi DKI Jakarta terus berusaha mencari cara untuk mengatasi kemacetan lalu lintas tersebut.
"Kami berusaha untuk terus membuat penggunaan kendaraan pribadi berkurang dengan cara membuat transportasi umum dengan solidaritas bersama kota-kota di sekitar Jakarta," ujar Deputi Gubernur Jakarta Bidang Tata Ruang dan Lingkungan Hidup Oswar Muadzin Mungkasa, seperti diwartakan KompasProperti (8/11/2016).
Salah satu wujud nyata Pemprov DKI merealisasikan janjinya yaitu membangun sistem transportasi light rail transit (LRT) atau kereta cepat ringan yang menghubungkan Jakarta dengan Bogor.
Ada pula angkutan perbatasan terintegrasi busway (APTB) dari kota-kota penyangga Jakarta, yaitu Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi.
Menurut Oswar, Pemprov DKI menganggarkan sekitar Rp 1 triliun untuk membuat sistem transportasi umum tersebut.
Selain itu, usaha untuk mengurangi kemacetan di jalanan Jakarta yaitu dengan menggratiskan angkutan umum bagi pegawai negeri sipil (PNS), TNI, Polri, dan warga miskin.
"Intinya semua dilakukan hanya untuk memastikan supaya penggunaan kendaraan pribadi bisa berkurang," kata Oswar.
Satu lagi masalah yang ditemui di Ibu Kota, yaitu pertambahan penduduk yang berkaitan erat dengan urbanisasi atau perpindahan penduduk. Sudah jamak diketahui, Jakarta menjadi tujuan favorit orang-orang dari perdesaan sebagai kota untuk mencari nafkah.
Itulah yang membuat warga dari daerah lain berbondong-bondong setiap tahunnya memadati Jakarta sehingga populasinya terus bertambah.
"Jakarta ini enggak bisa menolak urbanisasi dan sudah semacam kutukan karena Jakarta ini statusnya sebagai ibu kota. Penduduk di Jakarta ini sebenarnya tidak banyak, siang hari 13,5 juta dan malam itu 10 juta orang. Kami kewalahan dengan jumlah seperti itu," ujar Oswar.
Begitulah sebagian masalah yang terjadi di Ibu Kota. Sebenarnya, bisa saja, kita menghindari berbagai persoalan tersebut, misalnya dengan merencanakan untuk pindah ke wilayah lain.
Hal itu bisa dimulai dari memilih tempat tinggal. Bagi Anda yang mencari hunian sejenis apartemen di sekitar Jabodetabek, baik untuk ditempati maupun investasi, salah satu lokasi yang pantas dilirik yaitu di Cikarang.
Saat ini, salah satu rencana besar bagi Anda yang ingin mempunyai apartemen di Cikarang adalah Meikarta. Sebagai kota baru yang akan tumbuh, kawasan ini bisa menjadi alternatif kota yang bebas dari hiruk pikuk kemacetan lalu lintas dan padatnya populasi penduduk.