BrandzView
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dan Meikarta

Cikarang yang Makin Terang Benderang

Kompas.com - 07/09/2017, 19:33 WIB
Erwin Hutapea

Penulis

KompasProperti – Setiap hari suasana kehidupan di Jakarta terasa semakin tidak kondusif. Mulai dari keluar rumah hingga pulang kembali ke rumah, ada saja kejadian yang membuat warganya menggerutu.

Sebagai contoh, pada pagi hari saat kebanyakan orang berangkat menuju ke tempat kerjanya masing-masing, mereka harus berjuang menembus kemacetan lalu lintas.

Mau naik kendaraan pribadi berupa sepeda motor ataupun mobil, Anda akan menemui kemacetan yang sama di hampir semua jalanan Ibu Kota.

Mencoba naik kendaraan umum pun belum tentu jadi solusi. Misalnya, Anda naik bus transjakarta, sudah sering ditemui bahwa jalurnya diserobot oleh pengguna kendaraan pribadi.

Begitu juga kalau naik bus kota semacam Metromini dan Kopaja. Perjalanan bisa jadi lebih lama, karena biasanya sopir bus akan berhenti di suatu titik untuk menunggu penumpang lain sampai memenuhi busnya, barulah dia mau melanjutkan perjalanan.

Atau, Anda berpikir naik kereta rel listrik (KRL)? Memang benar, perjalanan KRL lebih cepat tanpa terjebak macet, tetapi kadang perjalanan KRL terhambat oleh gangguan teknis ataupun perhentian yang cukup lama di stasiun tertentu.

Terlebih lagi pada pagi hari ketika banyak orang berangkat kerja dan sore hari jam pulang kerja, Anda harus siap berdesak-desakan dengan penumpang lain.Boro-boro dapat kursi untuk duduk, mau masuk saja sudah susah.

Begitulah kira-kira kondisi lalu lintas Ibu Kota. Segala macam moda transportasi yang ada belum membuat kondisi kemacetan di jalan berkurang.

Menurut Ketua Dewan Transportasi Kota Jakarta (DTKJ) Iskandar Abubakar, saat ini minat warga Jakarta untuk menggunakan transportasi umum  masih termasuk rendah.

"Kalau kita lihat perjalanan saat ini yang menggunakan moda angkutan darat hanya 24 persen dan sisanya menggunakan moda angkutan pribadi," kata Iskandar, Senin (22/5/2017), seperti diberitakan Kompas.com.

Masih rendahnya minat masyarakat menggunakan kendaraan umum, lanjut dia, membuat pertumbuhan kendaraan bermotor pribadi menjadi makin tinggi.

Suasana proyek pembangunan Kota Baru Meikarta, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Senin (4/09/2017). Pada tahap pertama, akan dibangun 200 ribu unit apartemen yang siap huni pada akhir tahun 2018.KOMPAS.com / ANDREAS LUKAS ALTOB Suasana proyek pembangunan Kota Baru Meikarta, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Senin (4/09/2017). Pada tahap pertama, akan dibangun 200 ribu unit apartemen yang siap huni pada akhir tahun 2018.
"Berdasarkan data Dishubtrans pada tahun 2015, jumlah kendaraan bermotor pribadi di DKI Jakarta mencapai 7.979.833 unit dengan rata-rata pertumbuhan 8,12 persen per tahun," ujar Iskandar.

Namun, bukan berarti pemerintah tidak turun tangan menangani masalah ini. Iskandar mengungkapkan, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sudah melaksanakan sejumlah usaha untuk meningkatkan kemauan warga Jakarta memakai transportasi publik.

"Pemprov DKI sudah menambah jalur BRT (Transjakarta), menata sistem dan menyediakan anggota pemandu moda untuk Transjakarta, peningkatan pelayanan KCJ (Kereta Commuter Jabodetabek), penggunaan MRT (mass rapid transit), dan pembangunan LRT (light rail transit)," ucap dia.

Bukan cuma itu, Iskandar menambahkan, pemerintah juga membentuk Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) untuk mengkaji kebutuhan angkutan umum dan memaksimalkan pelayanan angkutan umum di Jabodetabek.

Kemacetan lalu lintas ini hanya salah satu dari segudang masalah di Ibu Kota. Tidak hanya tugas pemerintah untuk memikirkan dan memberi solusi, tetapi masyarakat juga harus berpartisipasi aktif mendukungnya.

Kalaupun tidak mau terbelenggu dengan segala kepenatan di Jakarta, bisa saja Anda menghindari berbagai persoalan tersebut, misalnya dengan merencanakan untuk pindah ke wilayah lain.

Salah satu lokasi yang pantas dilirik yaitu di Cikarang. Sebab, sudah begitu banyak perusahaan berskala nasional maupun internasional yang membangun pabriknya di sana sehingga wilayah itu terkenal sebagai kawasan industri.

Foto udara kawasan Central Park di kawasan Kota Baru Meikarta, Cikarang, Bekasi, Jawa Barat, Senin (4/9/2017). Meikarta telah membangun central park, yakni sebuah taman terbuka hijau seluas 100 hektar. Taman ini memiliki berbagai tanaman, lengkap dengan kebun binatang mini hingga jogging track.KOMPAS.com / ANDREAS LUKAS ALTOBELI Foto udara kawasan Central Park di kawasan Kota Baru Meikarta, Cikarang, Bekasi, Jawa Barat, Senin (4/9/2017). Meikarta telah membangun central park, yakni sebuah taman terbuka hijau seluas 100 hektar. Taman ini memiliki berbagai tanaman, lengkap dengan kebun binatang mini hingga jogging track.
Hal itu yang membuat para pengembang perumahan membangun kompleks dengan fasilitas penunjang yang lengkap untuk kebutuhan hidup, misalnya fasilitas pendidikan, kesehatan, rumah ibadah, perkantoran, olahraga, dan ruang terbuka hijau.

Selain itu, untuk ke depannya tersedia enam infrastruktur, baik yang sudah ada maupun sedang dibangun. Keenam infrastruktur tersebut yaitu Pelabuhan Patimban, Bandara Internasional Kertajati, light rail transit (LRT) dari Cikarang ke Cawang, kereta cepat Jakarta-Bandung, jalan tol layang Jakarta-Cikampek 2, dan jalan tol Jakarta-Cikampek.

Dukungan infrastruktur yang begitu lengkap seperti disebutkan di atas akan mempermudah akses transportasi umum yang aman, cepat, dan nyaman bagi siapa pun yang berkepentingan masuk dan keluar dari Cikarang sehingga mengurangi penggunaan kendaraan pribadi.

Bagi Anda yang sudah jenuh dengan sumpeknya Ibu Kota dan mencari hunian sejenis apartemen di sekitar Jabodetabek, baik untuk ditempati maupun investasi, ada berbagai kompleks hunian di Cikarang yang layak dipertimbangkan, misalnya Meikarta.

Sebagai kota baru yang akan tumbuh, Meikarta bisa menjadi alternatif kota yang untuk lepas dari masalah yang biasa terjadi di kota metropolitan.


komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau