Setiap keputusan dalam sebuah proyek akan menghasilkan semacam dampak terhadap lingkungan.
"Karena itu, memahami bagaimana mengurangi dampak ini sangat penting untuk keberlanjutan jangka panjang yang nyata," kata Arsitek dan Urbanis dari Federal University of Santa Catarina (UFSC) Eduardo Souza, Selasa (08/12/2020).
Eduardo menjelaskan bahwa kayu sangat cocok untuk meningkatkan keberlanjutan pembangunan. Meski memang harus dilakukan dengan cara penebangan hutan.
Bangunan berbahan kayu lebih disukai daripada bangunan yang terbuat dari beton, batu bata, alumunium dan baja.
Baca juga: Bermain dan Belajar di Microlibrary Warak Kayu, Perpustakaan Mini Semarang
Karena kayu adalah bahan yang terbarukan, jika ekstraksi dilakukan dengan hati-hati. Artinya, tidak seperti sumber daya tak terbarukan seperti minyak bumi, batu bara, batu, atau sumber daya alam lainnya.
"Hutan dapat terus tumbuh secara normal meskipun beberapa pohon ditebang. Jika pengelolaan hutan berkelanjutan dilakukan dan pohon sering ditanam, kayu mungkin tersedia selamanya," tutur Souza.
Dia menyebut bahwa pada saat tanaman melakukan fotosintesis, mereka menghilangkan CO2 dari atmosfer dan menyimpannya di dalam kayu.
Inilah yang disebutnya sebagai "penyerapan karbon". Sehingga tingkat sekuestrasi lebih tinggi selama periode awal pertumbuhan tanaman.
Karenanya menanam hutan adalah cara yang berkelanjutan untuk mengurangi efek rumah kaca, bahkan lebih maksimal dari hutan yang sudah tua.
"Jelas hutan yang baru ditebang kemudian ditanam ini dapat menjaga keutuhan hutan tua, terutama untuk menjaga keseimbangan ekologi," kata Souza.
Selain itu, pengelolaan hutan aktif, atau penipisan hutan juga dapat mengurangi kebakaran hutan, mengurangi emisi karbon, mengisi kembali saluran air di daerah tersebut, memperluas habitat satwa liar, dan menciptakan lapangan kerja di daerah pedesaan.
Eduardo menjelaskan, ciri positif lain dari kayu adalah rendahnya jumlah energi yang terkandung, yang mengacu pada jumlah total emisi gas rumah kaca yang dikaitkan dengan suatu bahan sepanjang siklus hidupnya.
Tidak seperti baja atau beton, misalnya, kayu membutuhkan sedikit pemrosesan berbasis energi.
Dia menyebut, mengganti bahan bangunan lain dengan kayu dapat mengurangi 14 persen hingga 31 persen emisi karbon dioksida global dan 12 persen hingga 19 persen konsumsi bahan bakar fosil global.
Meski demikina, proses penebangan kayu membutuhkan perhatian. Jika hutan ditebang lebih cepat dari pada pohon baru, ada kemungkinan nyata bahwa dunia akan menghadapi kekurangan kayu yang cukup parah.
Sebagai arsitek, penting untuk melakukan penelitian terperinci tentang sumber semua bahan yang digunakan.
"Perancang harus menjadi orang pertama yang menyadari bahwa tidak hanya kualitas dan biaya bahan yang penting, tetapi juga dari mana asalnya dan bagaimana bahan tersebut diekstraksi," ungkapnya.
Keunggulan lain dari kayu adalah banyaknya jenis kayu yang dapat digunakan kembali jika diperoleh kembali dan dipisahkan dari limbah lainnya.
Limbah lainnya juga dapat dikumpulkan dan digunakan untuk membuat papan partikel dan produk kayu komposit modern lainnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.