KOMPAS.com - Bahan baku jenis kayu biasa digunakan untuk konstruksi bangunan.
Kayu biasa dimanfaatkan untuk membuat kerangka atap bangunan, daun pintu, jendela bahkan sekat rumah.
Selain itu, banyak orang menggunakan kayu sebagai bahan baku bangunan untuk memberikan nuansa yang lebih estetik, kokoh, dan alami.
Namun tak sedikit juga yang memprotes penggunaan bahan kayu secara besar-besaran. Alasannya, semakin banyak kayu digunakan maka berdampak pada semakin besarnya deforestasi hutan di dunia.
Baca juga: Furnitur dari Lem dan Kertas, Diklaim Lebih Kuat ketimbang Kayu
Meskipun kayu dilihat sebagai bahan bangunan yang hebat pada masa depan, namun apakah mungkin untuk terus menebang pohon dan mengambil kayunya sambil tetap menyebutnya berkelanjutan.
Archdaily menulis, penggunaan kayu seringkali dikaitkan dengan deforestasi, yang tidak hanya merusak ekosistem dan habitat, tetapi juga memicu perubahan iklim ekstrem.
Menurut laporan World Wide Fund for Nature (WWF), jumlah kayu yang ditebang di dunia diperkirakan meningkat tiga kali lipat pada 2050 mendatang.
Permintaan kayu dan kertas cenderung meroket dengan peningkatan populasi dan pendapatan di negara berkembang.
Laporan The State of the World's Forests 2020 menyatakan bahwa sejak 1990, diperkirakan 420 juta hektar hutan telah hilang melalui konversi untuk penggunaan lahan lain, meskipun laju deforestasi telah menurun selama tiga dekade terakhir.
Antara 2015 dan 2020, laju deforestasi diperkirakan mencapai 10 juta hektar per tahun, turun dari 16 juta hektar per tahun pada tahun 1990-an.
Baca juga: Padu-padan 5 Desain Lantai Kayu
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan