Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wali Kota Global C40 Ajak Dunia Ciptakan Gedung Ramah Lingkungan

Kompas.com - 08/12/2020, 11:40 WIB
Ardiansyah Fadli,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah kota di seluruh dunia ingin mempercepat pemulihan ekonomi dari Covid-19 sehingga memungkinkan orang untuk kembali bekerja, sekaligus mencegah kerusakan iklim menjadi krisis yang lebih besar.

Gugus Tugas Pemulihan Covid-19 Wali Kota Global C40 merilis penelitian baru yang menyebut bahwa bangunan hijau dan ramah lingkungan menjadi pilihan tepat.

Ketua Wali Kota Global C40 Giuseppe Sala mengatakan bangunan yang lebih baik dapat menjadi solusi bagi permasalahan yang dihadapi kota-kota di dunia.

"Bangunan ramah lingkumgan itu dapat berfungsi mengurangi emisi, menghemat biaya, dan meningkatkan kualitas hidup penduduk," kata Giuseppe seperti dikutip dari Weforum.org, Selasa (08/12/2020).

Program perbaikan bangunan hijau dan ramah lingkungan juga berpotensi besar untuk menciptakan ekosistem pekerjaan yang baik.

Baca juga: Inovasi Ramah Lingkungan, Beton dari Kerang Laut

Giuseppe yang juga Wali Kota Milan Italia ini menjelaskan, di tengah pandemi Covid-19 banyak orang menghabiskan waktunya di dalam ruangan dibanding di luar ruangan.

Karenanya kualitas lingkungan dalam ruangan gedung dapat secara signifikan memengaruhi kesehatan fisik dan mental, kesejahteraan, dan juga produktivitas.

"Kualitas udara yang buruk, suhu yang terlalu panas atau terlalu dingin, serta jamur dan lembab merusak kesehatan, membuat kita lebih berisiko," ujarnya.

Menurut Giuseppe bangunan yang tidak hemat energi ternyata menjadi beban yang sangat berat bagi penduduk terutama masyarakat berpenghasilan rendah.

Penelitian tentang rumah tangga di AS menemukan bahwa rumah tangga berpenghasilan rendah, Afrika-Amerika, Latin, dan penyewa semuanya membelanjakan sebagian besar pendapatan mereka hanya untuk kebutuhan seperti energi di rumah mereka.

Kurangi Emisi

Giuseppe mengatakan memperbaiki bangunan merupakan cara bagi kota untuk mengurangi emisi mereka secara dramatis.

Di seluruh dunia bangunan menyumbang 40 persen emisi CO2. Untuk mengurangi emisi tersebut sebeannrya tidak membutuhkan biaya yang besar.

Sebesar 58 persen dari potensi pengurangan karbon untuk mengurangi emisi perkotaan dapat dikaitkan dengan sektor bangunan.

Karenanya perbaikan bangunan di kota harus fokus pada pengurangan konsumsi energi dan pemasangan penyimpanan baterai dan energi terbarukan, yang akan mengurangi emisi dari bangunan dan menurunkan tagihan listrik.

"Dengan memprioritaskan perbaikan bangunan yang ada, kota dapat mengurangi kebutuhan akan konstruksi baru, menghindari emisi yang terkait dengan produksi dan transportasi bahan bangunan baru," tutur Giuseppe.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau