Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dunia Berlomba Ciptakan Area Publik Ramah Pandemi

Kompas.com - 16/11/2020, 09:49 WIB
Ardiansyah Fadli,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

Sumber weforum

JAKARTA, KOMPAS.com - Pademi Covid-19 membuat perubahan pada aktivitas kehidupan masyarakat di dunia.

Terlebih selama diterapkannya lockdown (penguncian) yang akhirnya membuat orang terpaksa sekaligus terbiasa menghabiskan waktunya di dalam rumah atau di lingkungan terdekat tempat tinggalnya.

Dikutip dari laman weforum.org penduduk desa di Distrik Eixample di Barcelona, Lara Ocon menceritakan kehidupan di desanya menjadi lebih ramai sejak Spanyol memberlakukan lockdown pada 14 Maret 2020 untuk memutus mata rantai Covid-19.

Padahal, kata Lara sebelum pandemi, desanya cukup sepi karena umumnya orang-orang di daerahnya bekerja dan beraktivitas di luar kota.

Sebelum pandemi, Lara memiliki kehidupan sosial yang sibuk dan sering bepergian ke luar negeri untuk bekerja. Bahkan Januari 2020, dia terbang ke Kolombia, Islandia dan Belanda.

"Saya menghabiskan akhir pekan berjemur dengan sebuah buku. Ada sesuatu yang sangat menyenangkan dalam kecepatan yang lebih lambat dan gaya hidup lokal," kata Ocon seperti dikutip Kompas.com dari weforum.org, Senin (16/11/2020).

Baca juga: 10 Desain Taman Kota Super Unik dan Keren dari Berbagai Penjuru Dunia

Karena penduduk kota di seluruh dunia terpaksa tinggal lebih dekat dengan rumah, beberapa arsitek memikirkan kembali infrastruktur perkotaan untuk mempromosikan gaya hidup yang lebih lokal dan membantu beradaptasi dengan dunia pasca pandemi.

Seorang pemilik perusahaan arsitektur urbani yang berlokasi di Belanda, Harm Timmermans akhirnya mengembangkan model arsitektur untuk pasar street food di mana orang dapat membeli produk segar tanpa bersentuhan satu sama lain selama pandemi Covid-19.

Menurutnya, model arsitektur yang dikembangkannya itu terinspirasi oleh pengalaman pribadinya saat berbelanja di Rotterdam yang membuat konsep 'Hyperlocal Micromarket' yang ramah pandemi.

Timmermans menceritakan bahwa pada saat Belanda menerapkan lockdown banyak pasar lokal yang tutup.

Hal itu tentu saja membuat warga terpaksa menantang datang dan berbelanja kebutuhannya di supermarket yang sebenarnya lebih rentan dan berbahaya.

"Hari pertama penonaktifan Belanda, saya pergi ke supermarket dan saya menyadari bahwa mereka adalah mata rantai terlemah dalam hal jarak sosial, aturannya sangat sulit untuk dipertahankan di sana," katanya.

Karenanya, Timmermans menciptakan desain model pasar berukuran kecil sederhana dengan 16 meter persegi yang dapat dengan mudah, cepat dan murah dipasang di alun-alun umum.

Kata dia, model pasar tersebut sengaja dibuat menyesuaikan protokol Covid-19 sehingga memungkinkan orang untuk berbelanja lokal sambil mengikuti pedoman jarak sosial (sosial distancing).

Konsep setiap pasar mikro hanya terdiri dari tiga kios saja, masing-masing menjual jenis produk yang berbeda.

Halaman:
Sumber weforum
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com