Lain lagi pengalaman yang dirasakan oleh Erlin Hermawati. Ibu rumah tangga yang tinggal di Kabupaten Demak, Jawa Tengah, dan juga bekerja sebagai karyawan di perusahaan umum daerah (perumda) ini mengaku lebih mudah dalam mengurus KPR subsidi dengan adanya SiKasep.
Dia memutuskan untuk memanfaatkan fasilitas kredit Bank Jateng, dengan syarat harus menggunakan aplikasi SiKasep dan disarankan untuk mengunduhnya terlebih dahulu.
“Saya ikut SiKasep itu karena syarat dari Bank Jateng, disuruh download. Enggak ada kendala, lancar saja. Input data saya langsung selesai, dibantu mengisi sama petugas Bank Jateng,” kata Erlin kepada Kompas.com, Rabu (24/6/2020).
Dia merasa cukup terbantu dengan proses yang cepat, apalagi di tengah pandemi Covid-19 ini, sehingga tidak harus keluar rumah untuk bertemu orang lain yang berisiko terjadinya penularan virus corona.
Belum lagi statusnya sebagai karyawan yang terikat jam kerja. Hal itu membuat waktu untuk mengurus persyaratan administrasi menjadi terbatas.
“Prosesnya enggak sampai satu bulan, dari Januari sampai Februari tahun ini. Cukup terbantulah,” ujarnya.
Rumah yang dibelinya itu berlokasi di daerah Mranggen, Demak. Dia merasa bersyukur bisa mewujudkan rencana memiliki rumah tinggal bersama suami dan anaknya pada tahun ini juga.
“Ini rumah pertama, sesuai keinginan. Memang target saya rencananya tahun 2020 harus punya rumah di sini. Alhamdulillah terwujud,” ucap Erlin.
Penyaluran KPR subsidi melalui aplikasi SiKasep sejak diluncurkan pada Desember 2019 hingga saat ini mendapat respons positif dari kalangan perbankan, salah satunya Bank Jateng.
Pelaksana Monitoring Kredit UMKM dan Program, Divisi Bisnis Ritel dan Consumer Bank Jateng, Putri Mei Rachmawati mengklaim, Bank Jateng merupakan bank pertama yang mencairkan KPR subsidi melalui SiKasep dibanding bank lain, tepatnya pada Januari 2020.
Dia menuturkan, Bank Jateng telah menyalurkan KPR lebih kurang Rp 10 miliar lewat aplikasi tersebut sampai Mei 2020.
Baca juga: Ada SSB, Pengembang Harap Bank Longgarkan Persyaratan Kredit
Nilai nominal itu mencakup 114 nasabah atau sekitar 70 persen dari target kuota yang dipatok untuk bank tersebut tahun ini. Bahkan, dia menargetkan pada Agustus mendatang 100 persen target sudah tercapai.
“Kami bisa mencapai 70 persen sampai Mei lalu, itu sekitar Rp 10 miliar untuk 114 nasabah. Kuota 150 untuk setahun ini. Targetnya Agustus nanti sudah habis 150,” kata Putri menjawab pertanyaan Kompas.com, Minggu (21/6/2020).
Dia memperkirakan, target itu bisa dipenuhi pada Agustus mendatang dan kemungkinan Bank Jateng akan mendapat tambahan kuota lagi hingga akhir tahun 2020.
Adapun pemberian fasilitas itu mencakup konsumen di wilayah Provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta melalui semua cabang yang ada di daerah tersebut.
Bahkan, ada juga konsumen di wilayah Jabodetabek yang diurus oleh perwakilan Bank Jateng di Jakarta.
Meski optimistis, Putri tak menampik bahwa selama pandemi Covid-19 terjadi penurunan pengajuan KPR subsidi.
Selain wabah, penurunan ini juga disebabkan ketatnya persyaratan yang harus dipenuhi oleh calon debitur. Hal ini dilakukan untuk meminimalisasi risiko kredit macet.
Sebab, dalam beberapa bulan terakhir terjadi banyak pemutusan hubungan kerja (PHK) dan pengurangan gaji karyawan di berbagai perusahaan di Tanah Air.
Tentunya hal itu memengaruhi kemampuan seseorang yang wajib membayar cicilan barang setiap bulan, termasuk KPR.
“Saat pandemi ini ada penurunan pengajuan, tapi enggak signifikan. Biasanya 20 (konsumen) per bulan, jadi 15 per bulan. Kami harus tetap selektif. Jangan setelah mengajukan nanti di-PHK. Soalnya itu berhubungan dengan NPL (non-performing loan). Kalau ada apa-apa, nanti ditegur PPDPP,” terangnya.
Hingga saat ini, Bank Jateng telah menjalin kerja sama dengan 10-15 asosiasi pengembang, di antaranya REI dan Apersi.
Alasan dipilihnya sejumlah asosiasi tersebut yakni dianggap sudah berpengalaman dalam penyaluran KPR subsidi.
Seleksi lainnya juga dilakukan melalui aplikasi Sistem Registrasi Pengembang (Sireng), yang juga dikeluarkan oleh Kementerian PUPR.
Dalam pelaksanaannya, sambung Putri, ada pengembang yang ingin agar pihak bank meloloskan lebih banyak calon nasabah.
Namun, bagaimanapun juga, bank harus tetap selektif dan tidak bisa sembarangan supaya terhindar dari kredit macet seperti yang disebutkan tadi.
Dia pun menyarankan PPDPP agar meningkatkan kualitas teknologi dalam aplikasi SiKasep.
Sementara itu, PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) sebagai salah satu bank penyalur KPR subsidi melalui SiKasep juga merasakan perubahan dari mewabahnya Covid-19.
Executive Vice President Nonsubsidized Mortgage & Personal Lending Division BTN Suryanti Agustinar berujar, paling tidak ada dua perubahan yang dirasakan BTN.
Pertama, yaitu proses seleksi calon nasabah harus lebih diperketat karena ada calon debitur yang mengalami penurunan pendapatan, bahkan tidak lagi memiliki pekerjaan.