JAKARTA, KOMPAS.com - Wabah Covid-19 mulai hadir di Indonesia sejak awal Maret 2020 lalu, ketika Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengumumkan dua pasien pertama asal Depok, Jawa Barat, terinfeksi.
Tak ada persiapan matang, hingga kemudian korban terinfeksi terus bertambah, mencapai 18.496 orang dan 1.221 meninggal dunia, per Selasa (19/5/2020).
Kedatangan wabah ini melumpuhkan ekonomi hanya dalam hitungan bulan. Bisnis perhotelan babak belur akibat anjloknya industri pariwisata, dan pembatasan penerbangan.
Pusat perbelanjaan dan hiburan ditutup, perkantoran sepi, pedagang menderita kerugian, dan omzet turun.
Semua orang diimbau untuk bekerja, belajar, dan beribadah di rumah, mobilitas transportasi dibatasi, perusahaan stop berproduksi, ratusan pekerja jadi pengangguran dan jutaan lainnya terancam pemutusan hubungan kerja (PHK).
Baca juga: Pengembang Tak Setuju Relaksasi PSBB
Berbagai skenario buruk dan spekulasi pun berkembang, makin meningkatkan kepanikan. Sebab, tidak ada kepastian kapan Pandemi Covid-19 ini berakhir hingga kemudian Pemerintah menyatakan untuk berdamai dan terbiasa hidup bersama wabah.
Masyarakat dipaksa untuk menjalani hidup dengan kebiasaan baru, beradaptasi dengan hal-hal yang sebelumnya tidak pernah terpikirkan. Inilah yang lazim disebut new normal.
Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmita mengatakan, new normal adalah perubahan perilaku untuk tetap menjalankan aktivitas normal, ditambah penerapan protokol kesehatan guna mencegah terjadinya penularan Covid-19.
Bagaimana kemudian sektor bisnis terutama properti menghadapi kebiasaan baru atau new normal ini?
Ketua Umum DPP Real Estat Indonesia (REI) Paulus Totok Lusida mengatakan REI telah menerapkan banyak kebiasaan baru untuk beradaptasi dengan wabah Covid-19.
Sosial distancing, physical distancing, serta semua protokol kesehatan diterapkan agar pembangunan properti secara fisik dapat berjalan normal.
Baca juga: New Normal, Keseimbangan, dan Sinyal Kebangkitan Properti
Namun Totok menyayangkan, hingga saat ini masih belum ada jalan keluar saat berurusan dengan pekerjaan yang membutuhkan soft skills termasuk berurusan dengan notaris dan bank.
"Merealisasikan proyek properti itu harus kontak fisik, bertemu, berhadapan. Namun, tidak semua notaris mau melakukan itu," ujar Totok kepada Kompas.com, Selasa (19/5/2020).
Kendati demikian, fase new normal tetap harus dihadapi para pelaku usaha properti. Optimisme untuk mampu beradaptasi harus terus digaungkan.
Sebagaimana yang dikatakan Ketua DPD REI Sulawesi Selatan M Sadiq. Menurutnya, sektor properti boleh saja terpuruk, namun semangat untuk bertahan dan kemudian bangkit perlahan harus tetap ada.
Dia mengungkapan, pengembang di daerah Sulawesi Selatan saja, masih banyak yang mengalami kesulitan, namun mereka tetap berupaya keras belajar hal-hal baru.
Seperti memasarkan produknya secara daring, meskipun mereka tahu langkah ini sebetulnya hanya efektif saat ada program promosi.
"Harus face to face itu yang membuat kami agak kesusahan. Kalau beli rumah memang sulit kalau hanya lewat daring saja, pasti calon pembeli rumah ingin merasakan bagaimana bentuk rumah, kenyamanan atau bagaimana jalannya menuju ke sana," tuturnya kepada Kompas.com Selasa (19/5/2020).
Baca juga: New Normal di Kantor, Apa yang Harus Dilakukan Manajemen?
Karena itu, para pengembang di Sulawesi Selatan masih berusaha beradaptasi dengan kebiasaan baru dan tetap melayani calon pembeli rumah yang ingin tetap melakukannya secara fisik.
Meskipun kontak fisik, para pengembang pun tetap menerapkan protokol kesehatan ketat saat bertemu pembeli.
Untuk dapat bertahan pada masa pandemi, salah satu solusi adalah melakukan inovasi atau terobosan-terobosan baru.
Pengembang tidak bisa berkembang jika hanya menjalankan pola konvensional yang dinilai sudah ketinggalan zaman.
Ketua DPD REI Jawa Barat Joko Suranto mengakui, pengembang memang perlu melakukan inovasi setiap waktu dan meningkatkan kemampuan beradaptasi.
Joko memandang, digital marketing sebagai inovasi yang tergolong baru untuk sektor properti dan potensial untuk terus dikembangkan.
Tak hanya itu, dia memprediksi, ke depan akan ada cara baru lagi terkait perkembangan digital marketing ini.
"Kedepan nantinya akan muncul cara baru, untuk berinteraksi dan bertransaksi properti, pasti ada perubahan yang inovatif. Makanya kita harus siap," ujarnya.
Meskipun demikian, Joko tak menampik,l bahwa untuk proses transaksi atau closing dengan notaris, harus ditemukan cara-cara yang lebih efektif dan mudah.
Walaupun kini pengecekan arsip bisa secara daring dilakukan melalui Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), pajak, dan perbankan, namun untuk notaris masih dilakukan secara konvensional.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.