Inilah poin penting yang harus diperlihatkan seorang pemimpin di bawah tekanan seberat apapun.
Dengan bersikap tenang, seorang pemimpin akan dapat memberikan jaminan kepada seluruh anggota timnya, bahwa mereka memiliki sosok yang tepat untuk memandu dalam era yang akan dipenuhi turbulensi.
Selanjutnya C yang kedua adalah confidence, atau keyakinan. Sikap ini harus diusung dalam setiap tindakan, ucapan dan keputusan seorang pemimpin.
Keyakinan ini harus diiringi dengan perumusan contingency plan alias rencana darurat yang terperinci sebagai panduan dalam kondisi mendesak.
Berikutnya adalah clarity atau kejelasan. Cara seorang pemimpin memancarkan adalah dengan membagikan action plan yang spesifik, seraya menghindari segala hal yang normatif, umum dan berdasarkan asumsi demi menghilangkan keraguan dari para anggota organisasinya.
Lantas, C yang tak boleh dilupakan betapa pun beratnya sebuah krisis adalah care, atau kepedulian. Bisnis adalah tentang mengelola manusia yang memiliki pikiran dan hati.
Karena itu, tidak ada momen yang lebih mendesak bagi pemimpin untuk menunjukkan kepeduliannya dibandingkan masa-masa krisis.
Pada masa krisis, seorang pemimpin harus peduli, menunjukkan dengan nyata sensitivitasnya, empati dan simpati, terhadap dampak perubahan pada orang lain, karyawannya, keluarga karyawannya, orang-orang di sekitar operasional bisnis dan bahkan rakyat di negara tempatnya bernaung.
Dengan kepedulian, seorang pemimpin bisnis akan dapat menjaga stabilitas emosi karyawan dan orang-orang di lingkungan sekitar perusahaan, sebuah faktor yang sangat diperlukan dalam melanjutkan bisnis di tengah kepungan ketidakpastian masa krisis.
Terakhir, namun yang tak kalah pentingnya dari keempat C pendahulunya adalah consistency. Seorang pemimpin dituntut untuk memiliki pendirian yang konsisten.
Sikap ini akan menjadi mercusuar pemandu seluruh lapisan organisasi dalam bertindak, sekaligus menghapus keraguan mengenai arah tujuan perusahaan saat krisis maupun di masa mendatang.
Pun demikian, pemimpin adalah juga seorang manusia. Karena itu ketidaksempurnaan akan selalu melekat di sosoknya.
Jika memang harus menetapkan prioritas, maka sikap tenang (calm) dan jelas (clarity) sebaiknya diprioritaskan dalam sikap kepemimpinan saat masa krisis.
Karena, pada saat krisis perusahaan memerlukan pemimpin yang tidak terbawa suasana atau ikut-ikutan panik.
Selain itu, pemimpin juga diharapkan dapat memberikan arahan yang jelas mengenai strategi bisnis perusahaan untuk melewati krisis kepada tim yang dia pimpin.