Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Apung Sumengkar
Chief Executive Officer (CEO) Daya Qarsa

Apung adalah Managing Partner Daya Qarsa, perusahaan konsultan yang berfokus pada transformasi bisnis holistik.

Berkarier lebih dari 15 tahun di perusahaan-perusahaan konsultan Asia Tenggara, Jepang dan Eropa, seperti McKinsey, Deloitte, PZ Cussons, Unilever, dan Toyota.

Apung menempuh pendidik Teknik Industri di Universitas Indonesia, Manajemen Strategis di RSM Erasmus University, dan kandidat PhD Manajemen Strategis Universitas Indonesia.

Urgensi Sikap Pemimpin Saat Krisis

Kompas.com - 20/05/2020, 07:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

PANDEMI Covid-19 yang terjadi saat ini memang telah meluluhtantakkan dunia bisnis.

Siapa yang menyangka beberapa bulan sebelumnya, dunia merayakan pergantian tahun dengan gempita, namun selang beberapa bulan kemudian situasi berubah drastis.

Ratusan ribu orang meninggal seketika terinfeksi Covid-19. Dan yang tak pernah terbayangkan sebelumnya, nyaris seluruh negara di dunia menutup perbatasannya dari segala jalur, darat, air dan udara.

Roda perekonomian pun mengalami jeda, terhenti untuk entah sampai kapan.

Inilah brutalitas Pandemi Covid-19 yang menyerang dunia saat ini dengan senyap namun mematikan. Inilah krisis yang tak pernah disangka-sangka oleh mayoritas pemimpin bisnis di dunia.

Memang, ancaman kehancuran bisnis lantaran penyebaran virus, terdengar terlalu mengada-ngada, dan bahkan seperti petikan plot dari film-film sains fiksi. Setidaknya, itu dulu.

Namun, kini Covid-19 benar nyata hadir di tengah-tengah kita. Dan tidak tersisa pilihan bagi para pemimpin bisnis selain menavigasi dengan sangat hati-hati melewati pandemi yang telah berubah menjadi krisis multidimensi ini.

Dengan kondisi krisis yang sangat kompleks saat ini, tak heran jika banyak pebisnis yang kehilangan fokus dan bahkan melakukan tindakan gegabah dalam menakhodai kapalnya.

Beberapa sikap buruk pemimpin yang biasanya muncul pada era krisis seperti sekarang adalah sikap panik.

Kepanikan ini kemudian menyebabkan pemimpin bisnis mengambil keputusan yang cepat untuk kepentingan jangka pendek tanpa mengindahkan kepentingan jangka panjang.

Contohnya, langsung melakukan tindakan pemutusan hubungan kerja (PHK) tanpa menganalisa langkah-langkah strategis lainnya yang sebenarnya bisa membantu perusahaan.

Langkah strategis dimaksud adalah menghemat biaya operasional, menjual aset, mempercepat tenor pembayaran dari konsumen, dan sebagainya.

Mengingat pentingnya unsur kepemimpinan dalam menavigasi sebuah bisnis agar selamat melalui krisis, para pemimpin sebaiknya mengutamakan sikap 5C yaitu calm, confidence, clear, care, and consistent.

Bagan 5 C Sikap Kepemimpinan Saat Krisis

Bagan 5 C Sikap Kepemimpinan Saat KrisisDaya Qarsa Bagan 5 C Sikap Kepemimpinan Saat Krisis

C yang pertama adalah calm, alias ketenangan, wajib ditunjukkan seorang pemimpin ketika krisis menerpa.

Inilah poin penting yang harus diperlihatkan seorang pemimpin di bawah tekanan seberat apapun.

Dengan bersikap tenang, seorang pemimpin akan dapat memberikan jaminan kepada seluruh anggota timnya, bahwa mereka memiliki sosok yang tepat untuk memandu dalam era yang akan dipenuhi turbulensi.

Selanjutnya C yang kedua adalah confidence, atau keyakinan. Sikap ini harus diusung dalam setiap tindakan, ucapan dan keputusan seorang pemimpin.

Keyakinan ini harus diiringi dengan perumusan contingency plan alias rencana darurat yang terperinci sebagai panduan dalam kondisi mendesak.

Berikutnya adalah clarity atau kejelasan. Cara seorang pemimpin memancarkan adalah dengan membagikan action plan yang spesifik, seraya menghindari segala hal yang normatif, umum dan berdasarkan asumsi demi menghilangkan keraguan dari para anggota organisasinya.

Lantas, C yang tak boleh dilupakan betapa pun beratnya sebuah krisis adalah care, atau kepedulian. Bisnis adalah tentang mengelola manusia yang memiliki pikiran dan hati.

Karena itu, tidak ada momen yang lebih mendesak bagi pemimpin untuk menunjukkan kepeduliannya dibandingkan masa-masa krisis.

Pada masa krisis, seorang pemimpin harus peduli, menunjukkan dengan nyata sensitivitasnya, empati dan simpati, terhadap dampak perubahan pada orang lain, karyawannya, keluarga karyawannya, orang-orang di sekitar operasional bisnis dan bahkan rakyat di negara tempatnya bernaung.

Dengan kepedulian, seorang pemimpin bisnis akan dapat menjaga stabilitas emosi karyawan dan orang-orang di lingkungan sekitar perusahaan, sebuah faktor yang sangat diperlukan dalam melanjutkan bisnis di tengah kepungan ketidakpastian masa krisis.

Terakhir, namun yang tak kalah pentingnya dari keempat C pendahulunya adalah consistency. Seorang pemimpin dituntut untuk memiliki pendirian yang konsisten.

Sikap ini akan menjadi mercusuar pemandu seluruh lapisan organisasi dalam bertindak, sekaligus menghapus keraguan mengenai arah tujuan perusahaan saat krisis maupun di masa mendatang.

Pun demikian, pemimpin adalah juga seorang manusia. Karena itu ketidaksempurnaan akan selalu melekat di sosoknya.

Jika memang harus menetapkan prioritas, maka sikap tenang (calm) dan jelas (clarity) sebaiknya diprioritaskan dalam sikap kepemimpinan saat masa krisis.

Karena, pada saat krisis perusahaan memerlukan pemimpin yang tidak terbawa suasana atau ikut-ikutan panik.

Selain itu, pemimpin juga diharapkan dapat memberikan arahan yang jelas mengenai strategi bisnis perusahaan untuk melewati krisis kepada tim yang dia pimpin.

Meskipun pada awalnya tidak selalu memiliki semua elemen 5C yang kuat, namun seorang pemimpin yang baik biasanya juga seorang pembelajar (life-long learner).

Sifat pembelajar biasanya dimulai dari adanya sikap peduli (care) terhadap lingkungan sekitar, tim sendiri, consumer, competitor atau industri yang didalami.

Oleh karena itu, saya menyarankan para pemimpin memiliki sikap kepedulian yang tinggi agar bisa selalu beradaptasi dengan situasi terakhir di pasar.

Di sisi lain, jika perusahaan dengan sangat terpaksa harus mencari pemimpin baru pada saat krisis, maka karakter yang harus dicari adalah pemimpin yang tahu apa yang akan dilakukannya (clarity) untuk membawa perusahaan selamat mengarungi badai krisis.

Selain itu, pemimpin tersebut harus memiliki kepercayaan diri yang tinggi (confidence) dan pada saat yang sama memiliki kepedulian (care) terhadap tim yang dipimpinnya.

Dengan melakukan sikap 5C ini, niscaya pebisnis akan dapat mengambil keputusan yang bijak, menenangkan pemangku kepentingan terkait, bisa mengeksekusi strategi bisnis dengan baik dan pada akhirnya kita harapkan akan bisa bertahan dan menang melewati badai krisis Covid-19.

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau